Mohon tunggu...
Ninin Rahayu Sari
Ninin Rahayu Sari Mohon Tunggu... https://nininmenulis.com

Former Journalist at Home Living Magazine n Tabloid Bintang Home - Architecture Graduate - Yoga Enthusiast - Blogger at www.nininmenulis.com - Coffee Addict - Morning Person

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Seni Mengatur Uang Transport Ala Pengguna Transportasi Umum

5 Juni 2025   11:11 Diperbarui: 22 Juni 2025   23:31 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi uang(Pexels/Ahsanjaya)

Menjadi warga urban yang mengandalkan kendaraan umum sebagai tulang punggung mobilitas bukanlah perkara sederhana. Setiap hari, aku berurusan dengan waktu, rute, dan tentunya uang transport yang kian hari makin menantang untuk disiasati. 

Dari Commuter Line yang menjadi andalan saat jam sibuk, hingga MRT, LRT, bus TransJakarta, sampai ojek online saat sedang dikejar waktu, semuanya punya peran penting dalam menyusun mozaik rutinitasku. Namun di balik kenyamanan itu, ada perjuangan diam-diam untuk menjaga dompet tetap bernapas.

Dulu, saat pertama kali bekerja di tengah kota Jakarta, aku tidak terlalu memikirkan ongkos perjalanan. Gaji masih utuh di awal bulan, dan semangat masih meluap. Semakin lama, aku sadar bahwa tanpa strategi, pengeluaran untuk transport bisa menyedot sebagian besar pendapatan. 

Belum lagi jika harus transit dua hingga tiga kali hanya untuk sampai ke kantor. Potongan demi potongan di saldo kartu elektronik memang tidak terasa, namun saat dihitung ulang di akhir pekan, aku sering tertegun sendiri melihat nominal akhirnya.

Rute harianku cukup kompleks. Dari rumah di pinggiran Jakarta, aku naik Commuter Line hingga stasiun terdekat dengan tempat kerja. Kemudian, menyambung MRT untuk mempercepat langkah, kadang juga menumpang bus TransJakarta yang lebih terjangkau namun menantang kesabaran. 

Tidak jarang aku harus memanggil ojek online, terutama saat hujan datang mendadak atau saat tidak ingin terlambat menghadiri rapat setiap Selasa pagi. Setiap moda memiliki tarif, ritme, dan kejutan tersendiri.

Mengatur Strategi di Tengah Ruwetnya Moda Transportasi

Satu tantangan utama dalam mengatur uang transport yakni tidak adanya kejelasan pengeluaran harian. Kadang rute tercepat justru paling mahal. Sementara jalur murah butuh waktu dua kali lebih lama. Ketika waktu menjadi kemewahan, aku sering terpaksa memilih opsi mahal demi efisiensi. Di sinilah letak dilema antara irit dan tepat waktu, yang jarang bisa berjalan beriringan.

Namun bukan berarti tidak ada cara untuk bertahan. Aku mulai mencatat pengeluaran harian, sekecil apa pun. Dari tarif Commuter Line yang tetap, hingga biaya LRT yang kadang terasa ringan tetapi mengendap diam-diam. 

Catatan itu membuatku sadar bahwa beberapa kebiasaan kecil perlu diubah. Misalnya, memesan ojek online hanya jika benar-benar darurat, atau berjalan kaki lebih jauh demi menghindari biaya tambahan. Ternyata lima belas menit jalan kaki tak seburuk yang dibayangkan, apalagi jika cuaca bersahabat.

Selain mencatat, aku juga mulai bermain dengan jadwal. Jika berangkat lebih pagi, kereta cenderung lengang dan waktu tempuh lebih singkat. Dengan begitu, aku bisa menghindari biaya ojek karena tidak tergesa-gesa. Pulang pun aku atur agar tidak berada di puncak jam sibuk. Bukan hanya lebih nyaman, tetapi juga mengurangi godaan untuk naik moda cepat yang lebih mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun