Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 193 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belalang dan Sahabat Istimewa

4 September 2025   04:57 Diperbarui: 4 September 2025   05:45 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belalang dan Sahabat Istimewa

Hari-hari berlalu. Belalang tetap berdiam di sela daun ilalang, menolak makan dan minum. Tubuhnya semakin kurus, matanya sayu, sayapnya rapuh. Ia yakin dengan bertapa seperti kepompong, suatu saat akan berubah menjadi kupu-kupu jelita.

Teman-teman kecilnya mulai gelisah. Jangkrik yang biasanya suka bernyanyi, kini hanya menatap prihatin. Cacing menyembul dari tanah, wajahnya penuh cemas. Lipan berjalan tergesa, sementara burung kecil hinggap di dahan, memperhatikan dengan rasa iba.
"Apa yang terjadi pada Belalang?" tanya Cacing.

"Entahlah. Ia hanya diam, tidak mau bicara," jawab Jangkrik.
Mereka pun berunding. Keesokan paginya, semua berkumpul di sekitar ilalang tempat Belalang bertapa. Mereka berniat menghibur, agar sahabat mereka itu mau membuka hati.

"Belalang, jangan terus diam. Jika ada masalah, ceritakanlah!" seru Jangkrik dengan suara lantang.

"Ya, Belalang. Kami semua peduli padamu," tambah Lipan.

"Kalau kau bersedih, biarlah kita berbagi. Kalau kau bingung, biarlah kita pikirkan bersama," sambung Burung kecil.
Belalang awalnya tak bergeming. Namun, melihat sahabat-sahabatnya menatap penuh kasih, hatinya luluh. Air mata menetes. 

Dengan suara parau ia berkata,
"Aku berpuasa ... aku ingin menjadi kupu-kupu. Ingin punya sayap indah sepertinya."
Teman-temannya saling pandang, lalu serentak bersuara.

"Wah, Belalang! Itu permintaan yang tidak wajar," kata Cacing.

"Allah menciptakanmu sebagai belalang, harusnya kau bersyukur," ujar Jangkrik.

"Lagipula, bukankah kau juara lompat jauh di padang rumput ini? Tanpa kakimu yang panjang dan kuat, siapa bisa mengalahkanmu?" sambung Lipan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun