Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan receh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar

3 Mei 2024   18:50 Diperbarui: 3 Mei 2024   18:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sungguh mempercayai kuasa Tuhan yang telah membuka kandungan Hana pada Perjanjian Lama, tepatnya juga kisah Elisabet dalam Perjanjian Baru.

Kedua perempuan itu dinyatakan mandul, tetapi Tuhan memberikan keduanya anak-anak yang hebat. Hana dianugerahi Yeremia, nabi yang hebat itu. Sementara Elisabet memperoleh Yohanes yang terkenal sebagai Yohanes Pembaptis.

Karena itu, aku selalu meminta istriku untuk bersabar, berdoa, dan setia melakukan kehendak-Nya. Bersyukur, sampai malam ini istri diizinkan sehat dan siap untuk operasi caesar besok pagi.

Cukup lama kami terdiam tenggelam pada pikiran masing-masing di masa silam. Ya, tengah malam dingin itu, aku dan lelaki itu sama-sama menunggu kelahiran seorang anak yang sangat kami dambakan. Bedanya, kami berdua memiliki dana sebagai persiapan kelahiran, tetapi lelaki itu tidak memiliki dana.

Inilah yang mengusik hatiku. Maka kuawali dengan berdoa di dalam hati, aku berniat menyerahkan amplop yang ada di dalam tas tanpa memikirkan apa-apa. Aku mengembalikannya kepada Tuhan Yesus melalui seorang calon bapak yang ada di hadapanku ini.

"Maaf, kalau boleh tahu, apa alasan sehingga Bapak dipecat?" tanyaku perlahan-lahan dengan harapan tidak enyinggung perasaannya.


"Saya dituduh nyuri bahan bangunan," jawabnya hampir tak terdengar.

"Loh, bagaimana ceritanya?"

"Saya ikut sopir truk juragan. Sopir itulah yang memperkaya diri. Setelah itu sopir keluar dan kabur kerja di luar negeri. Saya dituduh bersekongkol. Aslinya saya nggak tahu apa-apa. Tapi juragan nggak percaya sama saya ...," ceritanya terbata-bata.

"Apakah Bapak sudah menjelaskan duduk perkaranya?" tanyaku dijawab dengan anggukan kepala lemah.

"Sudah ... tapi saya dibilangi nggak boleh balik kerja. Saya dipecat!" tatap netranya menerawang menerobos gelapnya malam tanpa gemintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun