Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Senang menulis, pembelajar.

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis kumpulan cerpen "Asa Di Balik Duka Wanodya", ,Novel “Serpihan Atma”, Kumpulan puisi”Kulangitkan Asa dan Rasa, 30 buku antologi Bersama dengan berbagai genre di beberapa komunitas. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati IG: nsulistiati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen Remaja " Sepatu Baru Untuk Dinda"

17 Mei 2025   17:01 Diperbarui: 17 Mei 2025   17:01 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://entahberentah.wordpress.com/wp-content/uploads/2013/05/nike.jpg

Laki-laki itu bergumam tak jelas. "Dia... dia mau usir aku lagi... aku cuma minta sedikit uang buat makan..."

Tetangga berdatangan setelah teriakan Dinda mengguncang udara siang. Polisi datang, dan lelaki itu diborgol, masih mengumpat tak karuan. Tubuh sang ibu dibawa dengan ambulans. Mata Dinda kosong. Entah apa yang dirasakannya, mati.

Hari-hari setelahnya hanyalah lembaran kosong yang tak berwarna. Tak ada lagi suara lembut ibu membangunkannya di pagi hari, tak ada pelukan hangat yang menenangkan badai di dadanya. Rumah itu menjadi sunyi meski ada nenek yang menemaninya setiap hari..

Nasi goreng buatan nenek yang terhidang setiap pagi, tak memberikan perubahan apa-apa. Dinda merasa hampa, selimut tak lagi menghangatkan, dan dunia serasa kehilangan warna. Satu-satunya tempat bersandar dan berlindung, telah kembali kepada Sang Maha Pencipta. Sayang kepergiannya tidaklah biasa. Ia meregang nyawa di tangan lelaki yang seharusnya menjadi pelindung mereka: ayahnya sendiri.

Dinda hancur. Raganya masih bernapas, tapi jiwanya seakan tercerabut. Setiap malam ia menangis sampai suaranya habis, lalu tertidur dengan mata sembab dan tubuh gemetar di pojok kamarnya yang kini terasa asing. Ia tak bisa memahami bagaimana dunia bisa begitu kejam. Ayah yang dulu menyanyikan lagu Nina Bobo kini berubah menjadi sosok kelam dalam mimpi buruknya. Semua yang pernah ia kenal tentang cinta dan keluarga luluh lantak dalam sekejap. Ia merasa  tidak layak hidup.

Saat Fira  datang  pun hanya ditatapnya  dengan pandangan kosong. Fira datang dengan membawa sepatu baru untuknya dan berharap dirinya kembali bersekolah, melanjutkan hidup, seolah-olah luka itu bisa sembuh seperti goresan kecil. Namun, hatinya telah tercabik, dan dunia ini tak punya ruang aman lagi baginya. Ia bukan hanya kehilangan ibu, ia kehilangan dirinya sendiri.

Beberapa minggu berlalu. Dinda masih tak berkata banyak, lebih sering diam di sudut kamar ibunya. Fira yang selalu setia mengunjunginya tak pernah dianggap. Fira memang sahabat Dinda yang benar-benar tulus.

Pagi ini, Dinda membuka lemari pakaian ibunya. Dia memandang setiap lembar pakaian yang kerap dikenakan ibu. Tanpa sengaja dia meraba sesuatu yang ada di salah satu kantong baju ibu yang tergantung. Pelan-pelan Dinda mengambil benda itu. Sebuah amplop surat yang sedikit berat. Di dalamnya ada sepucuk surat dan satu buku tabungan bernamakan dirinya.  

Anakku, jika saatnya tiba dan Ibu harus pergi meninggalkanmu, Ibu harap kamu menjadi wanita hebat dan tangguh menghadapi setiap ujian. Jangan menyerah dengan ujian dan cobaan Sang Kuasa.

Ibu tahu hidup tidak akan mudah untukmu, terlebih jika Ibu tak lagi ada di sisimu. Tapi percayalah, dalam setiap luka, ada kekuatan yang tersembunyi. Dalam setiap air mata, ada cahaya yang sedang menuntunmu. Jangan biarkan dunia memadamkan cahaya hatimu, Nak.

Jika suatu saat kamu merasa hancur, merasa sendirian, ingatlah bahwa Ibu mencintaimu dengan seluruh jiwa---dan cinta itu akan selalu tinggal bersamamu, tak peduli di mana ragamu berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun