"Kamu sering sekali pegang HP sekarang," kata Karina, berusaha terdengar santai.
Rangga mengangkat kepala. "Hah? Oh, iya. Ada grup alumni SMA. Baru aktif lagi."
"Grup alumni? Teman lama?" Karina menatap lekat wajah suaminya. Karina mencari makna di balik senyum Rangga. Sesuatu yang bisa menjelaskan kegelisahannya. Karina hanya menemukan ketenangan suaminya yang semakin membuatnya curiga. Ketenangan bisa menyembunyikan apa saja.
Karina mulai diam-diam menyelidiki. Karina memeriksa catatan telepon, menelusuri nama-nama yang tak dikenalnya bahkan meminjam ponsel cucunya hanya untuk mencari tahu tentang nomor-nomor asing. Karina menemukan satu nama yang membuat jantungnya berhenti sejenak: "Risa."
Nomor itu muncul beberapa kali dalam panggilan dan pesan.Pikiran Karina langsung mengembara: Siapa Risa? Kenapa tak pernah diceritakan oleh Rangga? Kenapa pesan itu hanya muncul di jam-jam saat Karina sudah tidur?
Tanpa pikir panjang, malam itu juga Karina menelepon nomor itu diam-diam.
"Halo, Assalamualaikum?" Suara perempuan muda menyambutnya.
Karina tak menjawab. Karina hanya mendengarkan. Suara itu terdengar muda, segar, dan hidup. Sementara dirinya merasa seperti kertas tua yang mulai sobek di ujung-ujungnya. Karina mematikan sambungan. Malam itu Karina tak bisa tidur.
Keesokan paginya, Karina berlagak biasa. Namun, saat Rangga pergi membeli koran di taman komplek, Karina membuka kembali ponsel suaminya. Rupanya ada pesan baru dari Risa.
"Terima kasih sudah memikirkan kami, Pak. Bantuan Bapak sangat berarti buat kami. Rencana hari minggu ini pun sudah siap, Pak. Anak-anak senang sekali karena Bapak akan merayakan ulang tahun isteri Bapak di sini. Semoga Allah memberkati keluarga Bapak."
Karina termenung.Karina menelusuri pesan-pesan sebelumnya dan menemukan bahwa Risa adalah pengasuh panti asuhan yang Rangga bantu secara diam-diam. Karina tak tahu jika suaminya ingin membuat kejutan ulang tahun pernikahan mereka dengan membawa Karina ke sana. Karina terdiam lama di ruang tamu. Tangannya gemetar saat menutup ponsel. Rasa malu menampar pipinya. Kecurigaan yang berlebihan telah membuatnya hilang akal.