Alkisah di negeri atas awan hiduplah seorang raja yang sangat bijaksana bernama Raja Theo dan Ratu Katarin. Mereka dikaruniai tujuh puteri. Tujuh bidadari bersaudara itu dikenal karena kecantikan mereka yang tiada tara. Namun sangat disayangkan, kecantikan itu berbanding terbalik dengan sikap dan hati mereka yang sering dipenuhi amarah.
Mereka selalu bertengkar, bahkan hanya karena hal-hal sepele. Akhirnya Sang Raja dan Ratu murka. Sang Raja menghukum mereka dan menyuruh mereka untuk turun ke mayapada.
"Kalian dilarang kembali sebelum belajar arti kebersamaan dan cinta sejati!" titah Sang Raja Theo.
Tujuh bidadari itu dikirim ke bumi, tepatnya ke sebuah danau yang dikelilingi hutan lebat dan dihiasi air terjun tinggi. Tempat itu dulunya indah, namun kini dipenuhi lumut, bebatuan licin, dan airnya keruh. Banyak sampah yang disebabkan oleh ulah manusia yang datang ke air terjun itu.
"Kalian harus mengembalikan keindahan, kebersihan dan keasrian air terjun dan hutan ini," ujar Sang Ratu Katarin sebelum menghilang. "Hanya dengan kerja sama, kalian bisa kembali ke negeri atas awan."
Tujuh bidadari itu saling pandang. Keegoisan mereka mulai muncul dan merasa tugas ini tampak mustahil.
Hari pertama, mereka mulai bekerja, tetapi bukan bekerja sama. Anastasia, bidadari tertua, merasa paling bijak dan menyuruh yang lain bekerja.
"Aku akan mengawasi. Kalian lakukan saja!" katanya seraya duduk di atas sebuah batu..
"Kenapa kami harus bekerja sementara kau hanya melihat?" Fairy, si bungsu, protes.
"Aku lebih berpengalaman dan aku anak paling besar jadi aku berhak mengatur kalian!" sahut Anastasia.