Akhir-akhir ini saya sering mendapat curahan hati para orang tua siswa tentang anak-anak mereka. Sebagai wali kelas, saya memang harus mendengarkan mereka dan memberikan sedikit saran. Maksudnya bukan menggurui, hanya sebatas berbagi ilmu dari buku-buku dan artikel yang saya baca. Dalam artikel kali ini, saya mencoba untuk membagikan sedikit ilmu dari hasil bacaan dan pengamatan sebagai seorang guru dan seorang ibu yang pastinya bersentuhan langsung dengan pendidikan anak.
Seorang psikolog Erik Erikson mengatakan bahwa remaja berada dalam tahap identitas versus kebingungan peran dalam rangka mencari identitas diri dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh dunia.
Menurut Irwanto (1994) periode remaja adalah dianggap masa transisi dalam periode anak-anak ke periode dewasa, periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang yang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu.
Masa remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Menurut Santrock (2014), Rentang usia yang termasuk fase remaja berada dalam rentang usia 12 hingga 18 tahun,. Mereka mengalami perkembangan dalam aspek biologis, kognitif, dan sosial, meskipun setiap individu berbeda-beda.
Orang tua harus memahami ciri-ciri utama anak remaja agar mereka bisa memberikan respon yang sesuai bagi anak -anak remaja mereka. Ciri-ciri ciri remaja meliputi:
- Perubahan fisik yang meliputi pertumbuhan tinggi badan, perubahan suara, dan perkembangan ciri seksual sekunder. Bagi remaja puteri perubahan fisik tersebut akan terlihat dengan jelas, seperti: pertumbuhan payudara dan bagian-bagian tubuh yang lain. Sedangkan remaja putera terlihat perubahan suara, tumbuhnya jakun, dan tumbuh kumis, serta jambang yang masih tampak transparan.
- Perubahan emosi. Emosi para remaja akan berubah-ubah secara fluktuatif. Hal itu diakibatkan pengaruh hormon. Remaja akan mudah baper jika ada sesuatu yang sangat tidak disukainya. Bagi remaja putera, emosi mereka akan lebih tidak terkendali khususnya jika ada sesuatu yang menentang atau sesuatu yang tidak disukainya. Emosi yang kurang dikendalikan ini menyebabkan para remaja tampak terlihat membangkang kepada aturan yang diterapkan dalam lingkungannya.
- Kebutuhan akan kemandirian. Para remaja kadang sulit diberi arahan. Mereka memiliki keinginan untuk lebih bebas dalam mengambil keputusan dan mengambil tindakan. Orang tua yang tidak memahami hal ini kerap mengatakan bahwa anak-anak mereka membangkang. Contoh utama yang sering orang tua lihat pada anak remaja mereka yaitu saat mereka diajak pergi dengan orang tua, mereka kerap menolak dengan alasan punya kegiatan sendiri.
- Peningkatan interaksi sosial. Pada tahap ini para remaja mencari identitas diri melalui kelompok sebaya. Jika mereka salah memilih komunitas, dapat dipastikan para remaja itu akan memiliki perilaku yang menyimpang, misalnya: mereka masuk ke geng motor yang kerap meresahkan masyarakat, kelompok tawuran.
- Perubahan pola pikir. Para remaja berpikir lebih jeli dan kritis. Sikap kritis mereka itu dapat terlihat dengan berani mengemukakan pendapat. Jika ada yang tidak disukai, mereka akan cepat menyampaikan dalam berbagai bentuk ekspresi.
Orang tua perlu memahami berbagai aspek perkembangan remaja agar mampu membimbing mereka dengan baik. Orang tua juga harus mau belajar psikologi remaja, dan cara berkomunikasi dengan mereka. Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan.
1. Perubahan Fisik dan Hormonal
Remaja mengalami lonjakan pertumbuhan yang pesat akibat pengaruh hormon estrogen dan testosteron. Perubahan ini mencakup pertumbuhan otot dan tulang, perubahan suara, serta perkembangan organ reproduksi. Orang tua perlu memahami bahwa perubahan ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri.
Jika perubahan itu terjadi pada anak-anak, para orang tua hendaknya melakukan hal-hal berikut:
- Memberikan pemahaman tentang perubahan fisik agar anak tidak merasa canggung atau malu.
- Selalu mengajarkan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur dan pola makan seimbang. Kita harus menyadari banyak makanan kekinian yang lebih disukai anak-anak remaja dibandingkan makanan sehat yang tersedia di rumah.
- Orang tua hendaknya membantu anak menjaga kebersihan diri, terutama dalam menghadapi pubertas. Khusus remaja puteri yang sudah mengalami menstruasi, hendaknya diajarkan bagaimana menjaga kebersihan saat masa itu berlangsung.
2. Perkembangan Emosi yang Tidak Stabil
Remaja cenderung mengalami perubahan emosi yang cepat, dari senang menjadi sedih dalam waktu singkat. Perubahan emosi ini dapat mengganggu kesehatan mental para remaja jika orang tua tidak memahami bagaimana cara mengolah emosi itu dengan baik. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon serta perkembangan otak yang belum sepenuhnya matang.