Mohon tunggu...
Nidiyah Aini
Nidiyah Aini Mohon Tunggu... MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA I PRODI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS I NIM 43223010002

Mata kuliah: Teori Akuntansi. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito S.E.,AK.,M.SI., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

11 Oktober 2025   18:26 Diperbarui: 11 Oktober 2025   18:26 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam ilmu akuntansi, Erklren tampak dalam upaya menjelaskan hubungan antarvariabel misalnya, bagaimana leverage memengaruhi profitabilitas. Tapi Verstehen melangkah lebih dalam: ia bertanya mengapa pelaku ekonomi mengambil keputusan tertentu, bagaimana mereka memaknai laba, utang, atau tanggung jawab sosial.

Sebagai contoh, dua perusahaan dapat melaporkan laba bersih yang sama, tetapi maknanya bisa berbeda:

  • Bagi korporasi kapitalistik, laba adalah legitimasi publik.

  • Bagi lembaga sosial, laba adalah sarana berbagi kesejahteraan.

  • Bagi pesantren, laba adalah simbol keberkahan dan keseimbangan spiritual.

Pendekatan hermeneutik mengajarkan bahwa angka tidak pernah netral. Ia memuat nilai, niat, dan konteks sosial-historis yang membentuknya.

Krisis Nilai dan Hilangnya Empati

Akuntansi yang terjebak dalam logika objektivitas kehilangan empati. Ia berhenti melihat manusia di balik laporan. Dalam situasi ini, akuntan bisa mematuhi standar etika secara formal, namun gagal secara moral.

Hermeneutika Dilthey mengembalikan dimensi empatik dalam akuntansi melalui konsep Einfhlung (empati)  kemampuan untuk memahami kehidupan orang lain dari dalam. Bagi akuntan, empati berarti menyadari bahwa setiap angka merepresentasikan kehidupan seseorang: gaji pekerja, nasib investor, kesejahteraan masyarakat, bahkan kelestarian lingkungan.

Dengan empati, akuntansi berubah dari sekadar sistem pengendalian menjadi alat komunikasi moral. Ia bukan lagi sekadar soal "benar atau salah," tetapi soal "baik dan adil."

Kebutuhan Etika dan Spiritualitas dalam Akuntansi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun