"Angkasa, tidak kah kau lelah?"
Bumi menghampiri, kemudian merangkulnya. Namun Angkasa tidak menoleh, Ia masih tetap bermain dengan kuasnya. Seolah ingin menyeimbangkan, perlakuan terhadap Bumi yang sebelumnya mengacuhkannya.
Angkasa masih terus meliukkan jemari tangannya meski sudah mulai berlumuran warna.Â
Sementara senja yang kian memerah, seolah Senja telah bersolek pada kaca-kaca buana saat mentari pun jua sudah merubah warna. Ketika itu pula, Angkasa menyelesaikan lukisannya. Namun di saat yang sama, Bumi sudah tidak di samping Angkasa.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!