Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menatap Kenangan

14 Desember 2022   09:55 Diperbarui: 14 Desember 2022   10:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu Minggu sudah dipastikan saya tak berada dirumah, pergi dari satu desa ke desa lain, datang ke satu kecamatan dan pergi dari kecamatan lain, singgah dari satu kota ke kota lain. Hal tersebut saya jalani beberapa tahun kebelakang. Semua itu saya lakukan untuk berbagi cerita, berbagi pengalaman kepada siapa saja yang mengundang saya dan mau mendengarkan.

Terlebih lagi buat mereka yang ingin mengetahui cara pandang berbeda dari berbagai macam permasalahan saat ini, terutama yang sedang kita semua geluti, baik pemiskinan melalui sumbangan-sumbangan, bantuan-bantuan pemberdayaan dan seperangkatnya serta iklan-iklan yang datang setiap hari membuat kita kecanduan pada retail-retail modern. Perusahaan pendidikan semakin hari bertambah menjamur dengan subur makmur.

Tentang perkembangan retail modern dan lain seterusnya, life style itu menjadi masa depan mudah diperkirakan dan dianalogikan. Akan tetapi setelah pertemuan kita di Waroeng SS (Spesial Sambal) Jl. Wahid Hasyim, No. 22, Batangan, Pati, kita terjebak  kembali untuk menatap kenangan yang tampak lebih bahagia dari saat ini. Kau ingin memutar waktu seakan bisa kembali dan membenahi kesalahan-kesalahan yang terlewat dan bersanding dengan saya. Sebab yang kau jalani saat ini adalah sebuah penyesalan.

"Aku baru tahu apabila ketulusanmu melebihi segalanya. Bahkan dulunya saya mengedapankan status sosial dan kini semua itu tak penting lagi. Yang saya butuhkan saat ini adalah kebutuhan harian kelurga tercukupi. Bukan kondisi macam ini ... semua telah pudar seiring dengan perjalanan waktu dan tanggung jawab seringkali terabiakan. Seharusnya sebagai seorang raja harus mengayomi dan memberikan perlindungan terhadap selir-selirnya. Bukan sebaliknya, membiarkan saja dan mencari ketika membutuhkan nafkah batin sedangkan nafkah lahir dibiarkan saja."

"Tak usahlah kau berkata seperti itu, yang sekarang kau jalani adalah sebuah pilihan, sudah dipertimbangkan dengan amat matang. Apalagi sekarang kau dengannya sudah mempunyai buah hati dari cinta pahit kalian. Meski bagaimana pun, harus dijalani hingga kapan pun. Sabar dan sabar adalah kuncinya. Meskipun kesabaran ada batasannya."

Kenangan memang sangat indah dikisahkan, sebab melalui kenangan kita bisa melihat perjalanan masa depan, meski tak keseluruhan; lain soal lagi dengan kenanganmu dengan saya, tentu banyak samar-samarnya dari pada jelasnya.

"Saya menyesal dulu tak memilihmu. Apa mungkin saat itu saya dibutakan oleh status sosial dan janji-janji manis lainnya? Sekarang saya baru menyadari jika kau lebih dari segalanya dari pada laki-laki yang mendampingiku saat ini."

"Penyesalan itu selalu datang di belakang. Meski kau bilang seperti itu, tak mungkin saya akan kembali terhadapmu. Saya sudah bahagia dengan Ibu Ratuku, yang lebih mengerti apa saja yang saya perlukan, selalu siap kapan saja, dan menjadi pemicu semangat saya ketika sedang meredup. Karena darinya saya mengerti kalau menjadi seorang laki-laki harus sumbut (tanggung jawab) dan bisa menjadi pelindung, pengayom."

"Hiks...hiks ...hiks...."

Meskipun tangismu pecah membasahi pipi manismu, akan tetapi semuanya tak akan memunculkan rasa iba saya. Bagi saya uluran tangan, bantuan, kasih sayang dan cinta harus diberikan kepada orang yang tepat dan pas. Jika pengejawantahannya tepat maka yang merasakannya akan ikut bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun