Setelah turun saya perhatikan bus listrik berputar arah dekat putaran City Walk Sudirman atau dekat pintu masuk belakang Hotel Sahid Jaya.
Saya pun lanjut berjalan kaki sebentar, eh sudah ke pintu masuk Menara Batavia. Efektif banget. Irit juga. Tarifnya hanya Rp3.500. Lebih murah dibandingkan naik angkot Mikrolet 44 yang kata kawan saya sekarang Rp5000 yang tadinya Rp4000.
Selesai acara di Menara Batavia, saya kembali naik bus listrik Transjakarta. Ketika saya mau mentap e-money, eh ternyata saldo saya kurang. Hanya tersisa Rp2500. Hahaha... Wah harus segera diisi nih.
"Pakai yang gue aja Butet," kata kawan saya. Butet itu singkatan dari Ibu Tety. Teman-teman saya memang selalu memanggil saya Butet.
"Iya, bisa Bu pakai e-money temannya," timpal pengemudi. Oh berarti, kebijakan satu penumpang satu kartu belum berlaku ya.
Syukurlah, bisa pakai e-money kawan saya. Kalau tidak bisa, saya tidak tahu apakah saya bisa naik atau tidak? Apakah solusinya bisa bayar cash? Nah, pertanyaan ini yang lupa saya tanyakan.Â
Sambil mengobrol-ngobrol tidak terasa sampailah kami di Stasiun Tebet. Demikian perjalanan hari ini dengan menggunakan bus listrik.
Oh iya, katanya, Pemprov DKI menargetkan semua busnya sudah bertenaga listrik pada 2030 sehingga menjadi lebih ramah lingkungan. Wah 8 tahun lagi itu. Saya sudah keburu tua itu hahaha....
Sebagai informasi tambahan spesifikasi bus listrik listrik BYD yang digunakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut telah sesuai dengan kondisi jalan di Jakarta, bahkan diklaim tidak rentan banjir.
Demikian laporan saya. Terima kasih.