Soal mengurangi polusi suara ini memang benar adanya. Tidak terdengar suara bising seperti jika naik bus diesel. Kata teman saya, suaranya smooth. Jadi serasa tidak naik bus.
"Sama kayak naik grab bike yang motor listrik. Tiba-tiba sudah ada di samping gue aja. Nggak terdengar deru suara motor seperti umumnya," kata Stevani Elizabeth, kawan semasa kuliah dan kawan seprofesi yang kebetulan tempat tinggalnya juga di Depok, Jawa Barat.
Informasi lain yang tertempel di bus disebutkan efisiensi energi pada bus listrik memiliki potensi lima kali lebih tinggi dibandingkan pada bus diesel.
Bus ini dilengkapi baterai kapasitas 324 kWh dan jangkauan maksimal 250 km per hari, sedangkan konsumsi daya maksimumnya 1,3 kWh per km.
Oh iya, bus ini juga ramah disabilitas, terutama untuk pengguna kursi roda. Karena di bus ini juga disediakan tangga khusus untuk kursi roda. Setidaknya begitu yang saya lihat di layar televisi.
Setelah sampai Sampoerna Strategic, saya sudah menyiapkan tenaga saya untuk berjalan kaki sampai Menara Batavia. Apakah bus ini berhenti sampai sini saja?
Ternyata, bus melanjutkan perjalanan melalui flyover ke Karet. Alhamdulillah, saya tidak jadi jalan kaki. Lega dong saya. Bisa menghemat tenaga dan waktu.
"Halte terakhir Karet," kata petugas.Â
Ketika akan turun saya tanya apakah kalau saya mau ke Stasiun Tebet naik bus dari halte ini juga? Maksud saya, saya tidak perlu menyeberang begitu.
"Iya, Bu naik dari sini juga," jawabnya. Ah, lega saya.