Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika kamu ingin membaca satu cerita yang kamu mau, tapi belum ada yang menulisnya. maka kamulah yang harus menulisnya.

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat yang Kutinggalkan

17 Februari 2024   19:29 Diperbarui: 17 Februari 2024   21:40 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keyza saat menulis surat yang akan ia tinggalkan (sumber fhoto iStock)

SURAT YANG KUTINGGALKAN

Aku terjebak pada simpul yang kuikat mati sendiri, terperangkap dalam kehidupan yang terpakasa aku jalani hingga akhirnya aku tidak pernah mersakan apa arti kebahagiaan.

Apa yang kita rasakan hari ini adalah keputusan yang kita ambil di masa lalu secara sadar maupun tidak.

Keputusanku untuk menikah tiga tahun lalu dengan laki-laki yang mungkin aku cintai saat itu, melanggar semua petuah yang ada. Tanpa restu kedua orang tua semua kujalani, menanggung perih, kecewa dan sakit. Menjahit sendiri robekan-robekan hati yang koyak. Menyembuhkan luka lebam sebuah perasaan yang terkhianati.

Ya... aku merasa terkhianati, dia orang yang sangat aku cintai.  Sosok laki-laki yang kukira mampu memberikan bahagia dalam kehidupan masa depanku, laki-laki yang mampu membuatku melawan arus tatak rama, moral dan adab terhadap keluarga bahkan kedua orang tua. Namun ia mengingkari semua janji, janji yang tidak pernah kupinta, janji yang terlontar dari mulutnya tanpa di paksa.

Ingatan ini selalu kepadamu, sedikitpun aku tidak pernah melupakan. Caramu berbicara, prihal apa yang sudah kamu berikan, dan aku tidak pernah ingin melepaskanmu, sesulit apapun keadaannya. Tapi sekarang, aku mengerti bahwa aku harus melakukannya.

Kutulis selembar surat dengan berurai air mata, untukmu yang saat ini entah berada di mana.

Dear... Arsel.

Arsel.... Aku pergi... 

Berhari-hari aku menunggu kepulanganmu di sini, di rumah ini, masih terngiang dalam ingatanku saat pertama kali kita membuka pintu rumah ini saat kau katakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun