Mohon tunggu...
Nenden Nur Amalia
Nenden Nur Amalia Mohon Tunggu... Mahasasiswa Magister Akuntansi Universitas Mercubuana -Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Nenden Nur Amalia NIM 55524110004 Univeritas Mercubuana Dosen Pengampu Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si. Jurusan Magister Akuntansi Mata Kuliah Manajemen Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2: Pendidikan Habitus Perpajakan Trans-Substansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (Dosen Pengampu Prof Dr. Apollo M.Si Ak) -NIM 55524110004

24 Juni 2025   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2025   22:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemerdekaan Belajar KHD (sumber: Modul dosen Prof Apollo)

3. Ngemong (Merawat, menjaga)

Ngemong berasal dari bahasa Jawa yang artinya menggambarkan upaya merawat, memelihara, dan memberikan dorongan kepada anak untuk mengembangkan sikap disiplin dan tanggung jawab pada dirinya sendiri, sejalan dengan nilai-nilai yang sesuai dengan kodratnya (Mahmudah et al., 2024). Dalam hal perpajakan, pemerintah mendampingi dan membimbing wajib pajak agar mereka dapat menjalankan kewajiban pajaknya dengan benar.

Ki Hajar Dewantara menggagas Pendidikan Merdeka, yaitu sebuah konsep pendidikan yang menekankan pada pembebasan individu untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, tanpa paksaan dan tekanan. Ini bukan hanya tentang kebebasan fisik, tetapi juga kebebasan batin dan spiritual yang menghasilkan pribadi yang utuh dan mandiri. Berikut adalah indikator-indikatornya:

A. Kualitas Pribadi yang Teguh

Indikator ini menggambarkan kualitas individu dalam memegang prinsip dan menghasilkan karya:

  • Tetep (punya pendirian): Individu memiliki sikap yang konsisten dan tidak mudah goyah oleh pengaruh luar. Mereka tahu apa yang mereka yakini dan pertahankan. Sehingga seorang wajib pajak yang memiliki "Pendidikan Merdeka" akan memiliki pendirian yang teguh bahwa membayar pajak adalah kewajiban dan kontribusi penting bagi negara.
  • Mantep (teguh pendirian): Menunjukkan keteguhan dalam memegang prinsip dan keyakinan. Ini adalah level yang lebih dalam dari "tetep", di mana pendirian itu kokoh dan tidak tergoyahkan. Meskipun ada kendala atau godaan, mereka tetap berpegang teguh pada prinsip kepatuhan. Keteguhan ini datang dari pemahaman yang mendalam, bukan sekadar paksaan.
  • Antep (berkualitas): Hasil dari pendirian yang teguh adalah kualitas dalam tindakan dan karya. Individu tidak hanya berpendirian, tetapi juga menghasilkan sesuatu yang bernilai dan berbobot. Ini berarti mereka tidak hanya membayar, tetapi juga membayar dengan benar, tepat waktu, dan memahami implikasi dari setiap kewajiban pajak mereka. Mereka mungkin juga aktif mencari informasi atau bertanya untuk memastikan kepatuhan yang optimal.

B.  Karakter dan Keilmuan yang Matang

Indikator ini menguraikan karakter yang kuat dan kedalaman ilmu:

  • Ngandel (berprinsip): Individu yang memiliki prinsip hidup yang jelas dan menjadi pedoman dalam setiap tindakan. Wajib pajak yang merdeka berprinsip pada kejujuran dan integritas dalam urusan perpajakan. Mereka percaya pada pentingnya pajak dan bertindak sesuai prinsip tersebut.
  • Kendel (berani): Mereka memiliki keberanian untuk bertindak sesuai prinsip, menghadapi tantangan, dan membela kebenaran. Mereka berani menghadapi dan menyelesaikan kewajiban pajaknya, tidak menunda atau menghindar. Mungkin juga berani bertanya atau mengadvokasi hak-hak mereka sebagai wajib pajak jika merasa ada ketidakadilan. Mereka tidak takut akan kompleksitas atau birokrasi perpajakan karena didasari pemahaman yang kuat.
  • Kandel (luas ilmunya): Menunjukkan bahwa individu memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Keberanian mereka tidak buta, melainkan didasari oleh pemahaman yang komprehensif. Artinya wajib pajak ini memiliki pengetahuan yang luas tentang peraturan perpajakan yang berlaku bagi mereka. Mereka terus belajar dan memperbarui informasi terkait pajak sehingga tidak mudah salah atau keliru dalam menjalankan kewajiban.
  • Bandel (tahan uji): Ini berarti individu tahan banting dan mampu menghadapi berbagai cobaan atau rintangan. Mereka tidak mudah menyerah dan terus belajar dari pengalaman. Mereka tahan uji terhadap berbagai tantangan dalam perpajakan, seperti perubahan aturan, kesulitan teknis, atau tekanan dari lingkungan. Mereka tetap patuh meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit atau membingungkan.

C.  Neng-ning-Nung-Nang, Gong: Ini adalah tahapan spiritual dan mental yang mendalam, dan jika dikaitkan dengan pajak, bisa diinterpretasikan sebagai berikut:

  • Neng (meneng tentram lahir batin) dalam Pajak: Wajib pajak mencapai ketenangan lahir dan batin karena telah menyelesaikan kewajiban pajaknya dengan benar. Tidak ada lagi beban pikiran atau kekhawatiran terkait potensi masalah pajak.
  • Ning/wening (bening jernih tahu benar salah) dalam Pajak: Mereka memiliki pemahaman yang jernih dan bening tentang apa yang benar dan salah dalam praktik perpajakan. Mereka mampu membedakan antara tindakan patuh dan pelanggaran. Kejernihan ini muncul dari pemahaman mendalam dan prinsip yang kuat.
  • Nung (hanung) kuat sentosa, kokoh lahir batin dalam Pajak: Wajib pajak ini memiliki kekuatan dan kekokohan mental serta moral dalam menghadapi kewajiban pajak. Mereka tidak tergoda untuk melakukan penghindaran pajak ilegal karena kekuatan prinsip dan keyakinan mereka.
  • Nang (menang) mendapat hak, kekuasaan, berhasil dalam Pajak: Mereka "menang" dalam artian berhasil memenuhi kewajiban pajaknya dengan baik, sehingga mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara yang patuh. Keberhasilan ini juga bisa berarti kontribusi mereka melalui pajak turut membuat negara "menang" dalam pembangunan.
  • Gong (Agung), memuliakan Tuhan dalam Pajak: Ini adalah level tertinggi, di mana pembayaran pajak bukan hanya sekadar kewajiban duniawi, tetapi juga dipandang sebagai bentuk ibadah atau pengabdian kepada Tuhan melalui kontribusi untuk kesejahteraan bersama dan pembangunan negara. Ada nilai spiritual yang melekat pada kepatuhan pajak.

Indikator Pendidikan Merdeka KHD (Modul Dosen Prof Apollo)
Indikator Pendidikan Merdeka KHD (Modul Dosen Prof Apollo)

Konsep Paideia: Pendidikan Komprehensif Bangsa Yunani Kuno

Paideia adalah sebuah konsep pendidikan dan pelatihan yang mendalam, berakar kuat dalam kebudayaan Yunani klasik dan Helenistik. Berasal dari kata Yunani "pais, paidos" yang berarti "pendidikan" atau "belajar", Paideia jauh melampaui sekadar pengajaran akademis; ia merupakan sebuah sistem holistik yang bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya, baik secara fisik, intelektual, moral, maupun spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun