Mohon tunggu...
Naurah Jasmine Noviani_070
Naurah Jasmine Noviani_070 Mohon Tunggu... Mahasiswa

halo semua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sundut Pandang Sebagai Mahasiswa tentang Artikel Bapak Drs. Study Rizal LK, MA.

14 September 2025   14:14 Diperbarui: 14 September 2025   14:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai mahasiswa yang tengah belajar memahami dinamika sosial-politik bangsa, saya sangat mengapresiasi tulisan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA., yang tajam dan reflektif. Artikel yang berjudul "Joget di Atas Luka: Saat Wakil Rakyat Melupakan Penderitaan Publik" tersebut bukan hanya menyampaikan kritik, tetapi juga mengajak kita untuk berpikir secara lebih mendalam tentang makna representasi politik dan tanggung jawab moral wakil rakyat.

Saya mendukung sepenuhnya seruan dalam tulisan pada artikel tersebut. Martabat parlemen harus dipulihkan dengan kerja nyata, bukan simbol kosong. Joged bisa menjadi ekspresi budaya, tetapi di ruang yang tepat dan waktu yang bijak. Di tengah penderitaan rakyat, yang dibutuhkan adalah solusi, bukan selebrasi.

Berita tentang anggota dewan yang berjoged di ruang parlemen di tengah penderitaan rakyat sungguh menggugah hati dan memunculkan pertanyaan mendalam tentang empati dan tanggung jawab moral wakil rakyat. Di saat masyarakat bergulat dengan kenaikan harga, pengangguran, dan layanan publik yang mengecewakan, aksi joged tersebut terasa seperti bentuk ketidakpekaan yang mencolok. Bukan soal gerakan tubuhnya, tetapi soal waktu dan tempat yang menunjukkan ketidaksesuaian antara realitas rakyat dan ekspresi para elit politik.

Saya melihat fenomena ini sebagai cerminan dari jarak emosional dan sosial antara wakil rakyat dan masyarakat yang mereka wakili. Ketika simbol-simbol kekuasaan digunakan untuk hiburan, bukan untuk perjuangan, maka makna representasi politik menjadi kabur. Joged itu bukan sekadar hiburan internal, melainkan pesan yang secara tidak langsung menyampaikan bahwa penderitaan rakyat tidak menjadi prioritas utama. Fenomena ini adalah sesuatu yang sangat merugikan kepercayaan publik terhadap institusi demokrasi.

Tindakan tersebut juga memperlihatkan kemiskinan sensitivitas politik yang mengkhawatirkan. Parlemen seharusnya menjadi ruang yang penuh kesungguhan, tempat di mana keputusan penting diambil dengan mempertimbangkan nasib jutaan orang. Ketika ruang itu berubah menjadi panggung hiburan, maka martabatnya pun ikut tergerus. Rakyat tidak menuntut kesempurnaan, tetapi mereka berharap wakilnya menunjukkan empati dan keseriusan dalam bekerja.

Pendapat saya jika parlemen ingin tetap dihormati dan dipercaya, maka para wakil rakyat harus menyadari bahwa setiap tindakan mereka memiliki makna simbolik yang kuat. Joged di atas luka bukan hanya soal etika, tetapi soal moralitas publik. Sudah saatnya panggung politik dikembalikan ke hakikatnya yaitu sebagai tempat pengabdian, bukan pertunjukan. Empati harus menjadi wajah utama parlemen, bukan pesta yang melukai hati rakyat.

Tulisan dari artikel Bapak Drs. Study Rizal LK, MA., yang berjudul "Joget di Atas Luka: Saat Wakil Rakyat Melupakan Penderitaan Publik" bukan sekadar kritik, tetapi juga panggilan moral. Sebagai mahasiswa, saya merasa terdorong untuk terus mengawal demokrasi dengan nalar kritis dan semangat perubahan. Terima kasih kepada Bapak Drs. Study Rizal LK, MA., atas tulisan yang menggugah dan penuh makna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun