Sebagai mahasiswa Muslim nih, kita ditantang untuk bersikap kritis dan terbuka terhadap berbagai pendekatan dalam studi Islam, tanpa kehilangan jati diri keimanan kita. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih holistik dan kontekstual terhadap ajaran Islam, yang relevan dengan tantangan zaman.
Membangun Jembatan, Bukan Tembok
Sekularisme dan Islam bukanlah dua kutub yang harus selalu bertentangan kok. Dalam konteks akademik, keduanya dapat saling melengkapi dalam upaya memahami dan mengembangkan pemikiran Islam yang lebih relevan dan kontekstual. Kuncinya terletak pada sikap terbuka, kritis, dan integratif dalam menggabungkan pendekatan ilmiah dengan nilai-nilai keimanan.
Sebagai generasi muda Muslim, yuk kita bangun jembatan antara ilmu dan iman, bukan tembok yang memisahkan keduanya. Dengan begitu, kita dapat berkontribusi dalam mengembangkan studi Islam yang lebih inklusif, dinamis, dan relevan dengan kebutuhan zaman, apalagi buat zaman sekarang.
Referensi:
Djamil, E. C. M., Rahayu, E. G., & Fahreza, F. (2024). Thoroughly Exploring Secularism in an Islamic Perspective: History, Dynamics, and Interpretation of the Qur'an. Bulletin of Islamic Research, 2(1), 1-16.
Mohammed Arkoun, Islam: To Reform or to Subvert?, Saqi Books.
Nasr Hamid Abu Zayd, Rethinking the Qur'an: Towards a Humanistic Hermeneutics, Humanistics.(MDPI)
Nursyahidah, R. A., Nugraha, R., & Muhyi, A. A. (2024). Islamic View On Secularism Through The Methodology Of Maudhu'i Interpretation. Bulletin of Islamic Research, 2(3), 365-384.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI