Mohon tunggu...
Nasywa Huriyah laththuf
Nasywa Huriyah laththuf Mohon Tunggu... mahasiswa

Basket Renang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Keanggunan Dialetika Masyarakat Minangkabau Melalui Karya Sastra

22 Desember 2024   14:01 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang terkenal modernisme dan realisme, ia selalu mampu menjadikan

politik sebagai sarana berdakwah. Bagaimana itu bisa dikatakan sisi

Minang dari sosok Buya Hamka? Tentu saja, ibarat kisah Malin

Kundang yang membawa pesan moral untuk menghormati orang tua,

ada satu pengetahuan yang ikut disimpulkan di dalam legenda tersebut,

seperti budaya matrilineal yang sangat kental di ranah Minang (sebab

itulah hanya Bundo Malin yang diceritakan secara turun-temurun).

Buya Hamka pernah menentang keras sikap seikerei (membungkukkan

badan kepada bendera Jepang). Di samping memaknai hal tersebut

sebagai bentuk berpihak kepada rakyat dan tidak tunduk terhadap

penjajah, Hamka menyiratkan satu pesan dakwah yang memperkuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun