Mohon tunggu...
DIODILANDINAN
DIODILANDINAN Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis online

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dia Masa Depanku (2)

12 September 2023   13:24 Diperbarui: 12 September 2023   13:30 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Sepanjang perjalanan di mobil mamaku diam saja tanpa ada sepatah kata yang terlontar. Begitu pula aku, di mobil aku menahan rasa sakit kakiku yang terkena knalpot. "Ini pasti gara-gara kualat sama Mama, karena udah cabut sekolah," batinku.

Sesampainya di rumah, dengan menahan rasa sakit aku turun dari mobil perlahan, masuk rumah, lalu ke kamar mandi mencuci luka yang terkena knalpot. Setelah itu aku beri pasta gigi bagian yang terkena knalpot. Aku memang mengobati lukaku sendiri, karena aku tahu Mamaku pasti marah sama aku gara-gara cabut sekolah.

Benar saja, setelah aku selesai membersihkan luka dan mengganti pakaian lalu aku mama papaku masuk ke kamar. Yah seperti biasa aku harus mendengarkan mereka menasehatiku. Pantas saja ternyata Pak Sapto, wali kelasku yang menelepon mamaku waktu aku cabut sekolah.

Baca juga: Dia Masa Depanku

Kali ini lagi dan lagi aku mendengarkan nasehat orangtuaku.

"Ngapain sih Iriana.. kamu ini pakai cabut jam sekolah aja. Mama Papa ini bayarin sekolah kamu pakai duit lho bukan pakai daun," kata Papaku dengan nada yang sedikit meninggi.

"Iya Iriana.. kalau bergaul itu pilih temen yang baik dong, jangan temen yang jelek malah kamu ikutin," sambung mamaku.

"Apalagi sebentar lagi kamu Ujian Nasional lho, itu artinya kamu mau lulus SD. Mendingan sekarang belajar yang bener deh, nggak usah aneh-aneh," sahut papaku

Note ya, hanya mendengarkan. Aku sih tak pernah ambil hati dengan apa nasehat mereka karena aku selalu lagi dan lagi membuat kebandelan lainnya di sekolah.

Setelah mereka keluar kamar, aku melihat lukaku yang telah melepuh. Memang sakit yang luar biasa, namun aku mencoba untuk mengabaikan rasa sakit.

Benar kata orangtuaku, Ujian Nasional tinggal menghitung hari. Meskipun aku anak yang terbilang bandel tapi aku tetap harus lulus dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Aku mulai fokus belajar untuk mempersiapkan diri Ujian Nasional.
***
Hari yang mendebarkan pun telah tiba. Yup, Ujian Nasional. Aku mulai mengerjakan soal demi soal. Aku memang jagonya membuat contekan. Ujian Nasional aku lalui dengan lancar sampai di hari akhir. Contekan yang aku buat berhasil aku salin di lembar jawaban dan tanpa ketahuan guru. Kalau soal itu sih aku jagonya, teman-temanku kalah deh pokoknya.
***
Sekarang waktu pengumuman kelulusan. Meskipun aku bukan anak yang pandai, tapi tidak juga terlalu bodoh. Terbukti aku bisa lulus dengan nilai yang lumayan.
***
Setelah lulus di bangku sekolah dasar aku melanjutkan sekolah di bangku sekolah menengah pertama alias SMP. Aku memilih salah satu sekolah swasta islam yang ada di Semarang.

Lingkungan baru, teman baru, dan tentu saja pelajaran yang baru juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun