Mohon tunggu...
DIODILANDINAN
DIODILANDINAN Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis online

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Belajar, Latih Anak Belajar Berpikir Kritis

5 Maret 2023   14:25 Diperbarui: 7 Maret 2023   22:32 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar / anak sekolah / pixabay

Mengutip dari kemendikbud.go.id, Platform Merdeka Mengajar dibangun untuk menunjang Implementasi Kurikulum Merdeka agar dapat membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman dalam tentang Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka ini tentunya berbeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Anak-anak sekarang ini secara tidak langsung diajarkan untuk belajar mandiri oleh guru di sekolah. Sistem belajarnya pun berbeda.

Jaman dahulu guru mengajar di sekolah dengan menjelaskan secara rinci tentang materi mata pelajaran, lalu setelah selesai menjelaskan pada bab tersebut siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang ada di buku paket atau pun lembar kerja siswa (LKS).

Berbeda dengan kurikulum Merdeka ini, karena dengan kurikulum ini guru hanya menjelaskan materi secara singkat, lalu meminta anak untuk berpikir kritis baik secara individu ataupun kelompok  tentang materi yang telah dipelajari.

Jika memiliki dari segi psikologis anak, dengan sistem kurikulum merdeka ini ada sisi positif dan negatifnya.
Sisi positifnya adalah memang alangkah baiknya anak diajarkan untuk berpikir kritis sejak usia dini karena dengan berpikir kritis, secara otomatis itu mengajarkan anak untuk mandiri di masa depan.

Dalam Kurikulum Merdeka ini anak diajarkan untuk mempresentasikan tugas baik secara individu maupun kelompok. Jaman sekarang ini anak SD Sudah seperti anak kuliah saja, menggunakan presentasi di depan kelas. Padahal dulu anak sekolah hanya mendengarkan guru mengajar materi di depan kelas dan mengerjakan tugas yang ada di buku paket yang diberikan oleh guru.

Tetapi disisi lain ada juga sisi negatifnya yaitu anak itu belajar seharusnya sesuai dengan usianya. Jika ia belajar di sekolah dengan Kurikulum Merdeka, yang artinya belajar berpikir secara mandiri belum tentu tiap anak memiliki kemampuan berpikir yang sama. Masing-masing anak pasti berbeda-beda IQ-nya.  Nah jika ada anak yg IQ-nya tidak bisa mengikuti dengan Kurikulum Merdeka tersebut maka otomatis si anak tidak paham dengan materi atau bab dari mata pelajaran itu.

Oleh karena itu disini lah peran orangtua dan guru harus saling berkesinambungan.  Ini adalah pekerjaan rumah yang berat ketika harus mendidik anak berpikir kritis dan mampu berpikir secara mandiri. Apalagi jika kita mempunyai anak yang IQ-nya hanya rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata. Tetapi percayalah jika anak diajarkan mandiri di era sekarang pasti akan lebih mudah. Kenapa?

Di era digital dan serba modern siapa sih yang ngga bisa main HP? anak sekarang main game di HP udah lincah, buka youtube udah biasa, buka google apalagi.  Itu tandanya kemampuan otak anak sudah bisa diajak untuk latihan mandiri. Lalu apa kendalanya?

Sekarang yang jadi pekerjaan rumah dari orangtua dan guru adalah mengontrol, mengawasi anak dalam bermain game di HP, membuka Google ataupun youtube. Karena kita tahu, dalam bermain game, Google ataupun youtube berisi banyak hal positif maupun negatif. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan dari orangtua supaya anak tidak salah dalam bermain HP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun