Mohon tunggu...
Nanda Maulana Azkari
Nanda Maulana Azkari Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Dakwah Komunikasi Progam Studi Pengembangan Mayarakat Islam

suka diskusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metafisika

2 Juli 2025   17:50 Diperbarui: 2 Juli 2025   17:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tapi apa semua ini berarti ilmu itu tidak pasti dan bisa berubah-ubah? Iya, karena ilmu tidak mencari kebenaran mutlak, tapi kegunaan praktis. Bahkan dalam dunia sub-atom, teori Bohr dan Heisenberg menunjukkan bahwa ada batas dalam pengetahuan manusia---elektron bisa jadi partikel atau gelombang tergantung konteksnya, dan kita tidak bisa mengukur dua hal sekaligus dengan presisi tinggi. Alam mungkin saja irasional dan kacau di dasarnya.

Lalu bagaimana dengan ilmu sosial? Di sinilah asumsi memainkan peran penting. Kita perlu membuat "kotak-kotak" tentang manusia---sebagai makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk politis---agar bisa memahami perilakunya dalam konteks yang berbeda. Meski terkesan menyederhanakan, ini penting agar analisis kita jelas dan terarah.

Asumsi harus relevan dengan bidang kajian, bersifat operasional (bisa digunakan), dan berdasarkan kenyataan sebagaimana adanya---bukan bagaimana seharusnya. Jika kita ingin membahas strategi kebijakan, silakan gunakan nilai-nilai moral. Tapi kalau tujuannya adalah kajian ilmiah, kita harus berpijak pada realitas, bukan idealisme.

Masalah muncul ketika asumsi-asumsi ini tidak diucapkan secara eksplisit. Ketika tersirat, mereka bisa membingungkan. Karena itu, lebih baik kita nyatakan dengan jelas: inilah asumsi yang saya gunakan. Dengan begitu, kalau terjadi perbedaan, kita bisa mencari jalan tengah.

BATAS-BATAS PENJELAJAHAN ILMU

 Ilmu memiliki batas yang jelas, yaitu dimulai dari pengalaman manusia dan berhenti di luar jangkauan pengalaman manusia. Hal-hal seperti surga, neraka, atau asal-usul manusia tidak dikaji oleh ilmu karena berada di luar batas pengalaman. Ilmu hanya mempelajari hal-hal yang bisa diuji dan dibuktikan secara empiris.

Fungsi ilmu adalah membantu manusia menyelesaikan persoalan praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengobati penyakit, membangun jembatan, atau mendidik anak. Masalah moral, keindahan, dan kehidupan setelah mati tidak dijawab oleh ilmu, tetapi oleh agama, filsafat, atau estetika. Metode ilmiah menuntut bukti empiris. Jika ilmu mencoba menjangkau hal-hal di luar pengalaman manusia, maka itu akan melanggar metode ilmiah dan menjadi tidak sah. Karena itu, meskipun ilmu sangat bermanfaat, wilayahnya tetap terbatas. Dalam batas pengalamannya sendiri pun, ilmu hanya bisa menentukan benar atau salah, bukan baik atau buruk. Einstein menyatakan bahwa ilmu tanpa moral adalah buta. Ilmu yang tak dibimbing oleh nilai moral bisa berbahaya, contohnya senjata nuklir yang kini mampu menghancurkan bumi berkali-kali lipat.

Dengan berkembangnya ilmu, wilayah kajian terbagi-bagi menjadi banyak disiplin yang disebut "kapling." Saat ini terdapat sekitar 650 cabang ilmu. Setiap ilmuwan harus memahami batas keilmuannya sendiri untuk mencegah tumpang tindih atau konflik antar-disiplin. Pendekatan multidisipliner menjadi penting dalam menghadapi masalah yang kompleks.

Ilmu-ilmu ini berasal dari dua cabang utama: filsafat alam yang berkembang menjadi ilmu alam, dan filsafat moral yang berkembang menjadi ilmu sosial. Ilmu alam mencakup fisika, kimia, astronomi, dan ilmu bumi, yang kemudian bercabang lagi menjadi berbagai disiplin yang lebih spesifik seperti mekanika, bunyi, kelistrikan, dll.

 Cabang-cabang ini berkembang menjadi banyak sekali; kimia saja, umpamanya, mempunyai sekitar 150 disiplin.

Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun