Mohon tunggu...
Nanda Maulana Azkari
Nanda Maulana Azkari Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Dakwah Komunikasi Progam Studi Pengembangan Mayarakat Islam

suka diskusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metafisika

2 Juli 2025   17:50 Diperbarui: 2 Juli 2025   17:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan demikian maka gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia-kepada zat-zat yang mati seperti batuan atau karat besi. Namun bagaimana dengan makhluk hidup termasuk manusia sendiri? Di sini kaum yang menganut paham mekanistik ditentang oleh kaum vitalistik.

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitahsuk hidup sdalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan proses tersebut di atas. Lalu apa dengan pikiran dan kesadaran itu sendiri? Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai IS biliun neuron.

Neuron adalah sel saraf yang merupakan dasar dari keseluruhan sistem saraf. Cara bekerja otak ini merupakan obyek telaahan dari berbagai disiplin keilmuan seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika teknik dan neuro-fisiologi. Sudah merupakan kenyataan yang tidak usah lagi diperdebatkan bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya hakikat pikiran tersebut, apakah dia berbeda dengan zai yang ditelaahnya, ataukah hanya bentuk lain dari zat tersebut?

Dalam hal ini maka aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak bedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam Jala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat zat dan energi, dalam teori relativitas Einstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat. Dalam hal ini maka proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak.) Jadi yang membedakan robot dan manusia bagi kaum yang menganut paham monistik hanya terletak pada komponen dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata. Kalau komponen dan struktur robot sudah dapat menyamai manusia, maka robot itu pun bisa menjadi manusia, seperti pekik Radius (sebuah/seorang robot yang jangkung dan bersemangat dalam sandiwara yang terkenal karangan Karel Capek yang berjudul R.U.R. -Rossum's Universal Robots): Robot-robot dari seluruh dunia, kekuasaan manusia telah jatuh. Kekuasaan baru telah tumbuh pemerintahan robot-robot, g-r-a-k!.

Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut pahan dualistik, Terminologi dualisme ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde (1700) sedangkan monisme oleh Christian Wolf (1679-1754). Dalam metafisika maka penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif. Filsuf yang menganut paham dualistik ini di antaranya adalah Rene Descartes (1596-1650), John Locke (1632-1714) dan George Berkeley (1685-1753).

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Kalau memang itu tujuannya maka kita tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah yang ada di dalamnya, bukan? Makin jauh kita beravontur dalam penjelajahan ilmiah masalah-masalah tersebut di atas mau tidak mau akan timbul: Apakah dalam batu-batuan yang saya pelajari di laboratorium terpendam proses kimia-fisika atau bersembunyi roh yang halus? Apakah manusia yang begitu hidup: tertawa, menangis dan jatuh cinta, semua itu proses kimia-fisika juga? Apakah pengetahuan yang saya dapatkan ini bersumber pada kesadaran mental ataukah hanya rangsang penginderaan belaka?

Semua permasalahan ini telah menjadi bahan kajian dari ahli-ahli filsafat sejak dahulu kala. Tersedia segudang filsafat dalam menjawabnya. Kita bisa setuju dengan mereka dan kita pun bisa tidak setuju dengan mereka. Bahkan, kita pun boleh mengajukan jawaban filsafati kita.")

Jadi pada dasarnya tiap ilmuwan boleh mempunyai filsafat individual yang berbeda-beda: dia bisa menganut paham mekanistik; dia.bisa menganut paham vitalistik; dia boleh setuju dengan Thomas Hobbes yang materialistik atau George Berkeley yang idealistik.

Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua ini adalah sifat pragmatis dari ilmu. Sekiranya terdapat dua orang dokter yang sedang mengukur tekanan darah seseorang dan mengaitkannya dengan kadar cholesterol di dalamnya, maka bahwa yang seorang termasuk kubu mekanistik serta yang seorang lagi termasuk kubu vitalistik, dalam proses pemeriksaan medis ini komitmen filsafati mereka adalah tidak relevan lagi. Baru setelah kedua orang dokter itu selesai bekerja dan menggantungkan jubah putihnya, mereka berpisah dengan memilih koridor spiritualnya masing-masing yang berbeda, dalam berkontemplasi dan memberikan makna.

ASUMSI

 Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu. Demikian juga paham determinisme ini bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun