Mohon tunggu...
Najwa Farzana Syahira
Najwa Farzana Syahira Mohon Tunggu... Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswi Universitas Airlangga program studi Ekonomi Islam angkatan 2025. Saat ini, sedang mengembangkan minat di bidang bisnis dan organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesantren, Politik, dan Pancasila : Jejak KH. Wahid Hasyim

21 September 2025   00:37 Diperbarui: 21 September 2025   00:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 (Sumber: Kompas)

Ulama merupakan tokoh penting yang membimbing bangsa Indonesia menusu kemerdekaan. Salah satu tokoh utama yang berperan penting sebagai penghubung nilai-nilai agama dan kebangsaan adalah KH. Wahid Hasyim, seorang ulama muda yang berperan penting dalam memberikan landasan bagi pemerintahan melalui keikutsertaannya pada Panitia Sembilan. 

Pada tanggal 22 Juni 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) membentuk Panitia Sembilan dengan tujuan membangun fondasi bangsa Indonesia. Panitia ini beranggotakan sembilan orang: Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Agus Salim, Achmad Soebardjo, A.A Maramis, Muhammad Yamin, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, dan KH. Wahid Hasyim. Dari pertemuan ini lahirlah Piagam Jakarta, yang menjadi dasar pembukaan UUD 1945. 

Proses perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 (Sumber: Kompas)
Proses perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945 (Sumber: Kompas)

Seluruh anggota Panitia Sembilan, termasuk KH. Wahid Hasyim memiliki rasa kebangsaan yang kuat, meskipun ia adalah satu-satunya pemuda yang mewakili garis keturunan pesantren. Berkat latar belakangnya sebagai santri, ia mampu menghubungkan kelompok-kelompok agama dan nasionalis serta membawa pandangan Islam ke dalam diskusi-diskusi yang berujung pada Pancasila. Kehadirannya membuktikan bahwa Pesantren tidak hanya mengajarkan agama tetapi juga pemahaman dasar kebangsaan. 

Abdul Wahid Hasyim lahir di Jombang pada 1 Juni 1914. Ia adalah putra dari ulama terkemuka sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari. KH. Wahis Hasyim memulai pendidikannya dengan pelajaran agama di Pesantren Tebuireng. Meskipun demikian, ia tetap mendambakan pendidikan. Ia pindah ke Mekah sejak kecil untuk memperdalam ilmu agamanya dan beradaptasi dengan pembangunan pemikiran modern di Dunia Islam. 

Pondok Putra Induk, Pesantren Tebuireng (Summer: psb.tebuireng.online)
Pondok Putra Induk, Pesantren Tebuireng (Summer: psb.tebuireng.online)

KH. Wahid Hasyim kembali dari Mekah dengan pandangan baru tentang dirinya. Ia memperkenalkan kurikulum modern yang memadukan ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama. Ini merupakan perkembangan besar Karena pada masa itu, pesantren biasanya menentang adanya pendidikan umum pada kurikulumnya. Dengan pembaruan ini, Tebuireng memosisikan dirinya sebagai pelopor dalam reformasi pendidikan Islam di Indonesia. 

KH. Wahid Hasyim memulai karir politiknya selama masa perjuangan kemerdekaan. Nahdlatul Ulama dan Masyumi termsauk di antara organisasi-organisasi Islam yang ia ikuti dengan sangat aktif. Dalam pertemuan-pertemuan nasyonal yang menekankan pentingnya toleransi dan persatuan beragama, ia kerap mengusung gagasan-gagasan patriotik. Panitia Sembilan sangat dipengaruhi oleh KH. Wahid Hasyim. Ia mendukung kompromi politik yang mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Posisinya yang moderat memungkinkan organisasi-organisai nasionalis dan keagamaan menyepakati Piagam Jakarta sebagai dasar negara sementara. Karier politiknya terus berkembang setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Ia diberi sejumlah jabatan penting di pemerintahan. KH. Wahid Hasyim senantiasa menekankan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbangsa sebagai seorang ulama dan politisi. Tujuannya adalah agar Islam dipendano sebagai kekuatan moral yang memperkaya bangsa Indonesia. 

Logo dan Sejarah Partai Masyumi (Sumber: partaimasyumi.id)
Logo dan Sejarah Partai Masyumi (Sumber: partaimasyumi.id)

Sayangnya, KH. Wahid Hasyim meninggal dunia terlalu dini. Pada 19 April 1953, dalam sebuah kecelakaan mobil di Cimahi, Jawa Barat, ia wafat. Kepergiannya merupakan kehilangan yang berat bagi bangsa Indonesia mengingat ia masih muda dan memiliki potensi untuk terus berkontribusi secara signifikan bagi bangsa negara. Meskipun singkat, pengaruh KH. Wahid Hasyim tetap abadi. Sebagai salah satu pendiri bangsa Indonesia, ia juga dikenal sebagai seorang ulama pesantren yang reformis dan pemimpin muda yang mempersatukan kaum nasionalis dan umat beragama. Selain sikapnya yang inklusif terhadap keberagaman, kecintaanya pada ilmu agama dan ilmu umum menjadi standar bagi generasi penerus. 

Makam KH Hasyim Asy'ari dan KH. Wahid Hasyim (Sumber: Detik.com)
Makam KH Hasyim Asy'ari dan KH. Wahid Hasyim (Sumber: Detik.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun