Mohon tunggu...
PAK Shoes
PAK Shoes Mohon Tunggu... Ringan, Relevan, dan Refresh

Menebar kebaikan melalui tulisan ringan, relevan dengan keadaan, dan merefresh untuk memulihkan kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelusuri Jejak 'Serat Menak'

5 Agustus 2025   06:09 Diperbarui: 5 Agustus 2025   06:16 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok WJNS: Kesenian ini harus terus dijaga kelestariannya

Prabu Sarehas dari Medayin bertapa di dasar samudera untuk meminta kesaktian seperti yang dimiliki Nabi Sulaiman. Nabi Kidlir mendatangi Prabu Sarehas lalu memberikan sebuah kulit kayu. Kulit kayu tersebut bila dimakan punyai kasiat dapat mengetahui semua bahasa makhluk. Oleh Prabu Sarehas kulit kayu diberikan kepada juru masak bernama Ki Nimdahu untuk diolah menjadi apem. Setelah apem masak apem tadi ditukar oleh Lukman Hakim, anak si juru masak Nimdahu. Untuk Sang Raja Lukman Hakim memberikan apem biasa saja. Setelah menyantap apem Prabu Sarehas tidak menunjukkan perubahan apapun.

Sementara itu Lukman Hakim yang memakan apem kulit kayu menjadi orang yang bijaksana dan mengetahui bahasa semua makhluk. Bahasa jin, lelembut, hewan dan semua makhluk dia ketahui karena dikira keturunan Nabi Sulaiman. Lukman Hakim lalu bisa berkomunikasi dengan seekor raja jin mukmin. Oleh raja jin tersebut Lukman Hakim diajarkan semua pengetahuan. Semua yang diajarkan oleh raja jin dicatat hingga menjadi sebuah kitab dan diberi nama Adam Makna. Kasiat dari kitab tersebut dapat menghidupkan orang yang sudah mati, membuat muda orang yang sudah tua, dan lain sebagainya.

Dua paragrap di atas adalah bagian dari Ringkasan Serat Menak (bagian 1) yang berjudul Kitab Adam Makna. Serat Menak merupakan karya yang diadaptasi dari Hikayat Amir Hamzah, isi dari kitab ini menjadi referensi utama dalam gelar seni teater tutur tradisional yang melegenda, kesenian ini dikenal di wilayah Jawa Timur dengan 'Wayang Jemblung'. 

Menelusuri Literasi Inti

Inilah bagian kecil yang sedang kami garap, untuk mendukung generasi penerus seniman 'Wayang Jemblung New Sekarsari' (WJNS) di Desa Tanjungsari. Kesenian 'Jemblung Sekarsari' (nama lama) ini yang telah facum lebih dari 10 tahun. Sementara generasi awal (pendiri) tinggal 2 orang (satu orang dalam keadaan sakit, dan yang satu telah berusia 89 tahun), sehingga kami berusaha keras untuk mencari pakem agar kekhasan kesenian ini terjaga. 

Memang tidak menafikan bahwa kesenian ini membutuhkan sentuhan kekinian, sehingga bisa adaptif dengan perkembangan zaman. Buya Yahya (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah) pada Rabu (30 Juli 2025) mengundang group WJNS, setelah melihat secara langsung pentas group seni ini, Beliau memberikan support agar kesenian ini terus dikembangkan. Menurut Buya Yahya kesenian ini masih sangat efektif digunakan untuk dakwah, dengan seni peran seperti ini akan sangat mudah memasukkan input positif kepada para pemirsa. 

Dengan karakteristik penampilan yang santai, dan jauh dari kesan formal, ini mencerminkan sebagaimana kehidupan keseharian di lingkungan masyarakat. Konsep jagongan (ngobrol, dialog) seperti ketika berkumpul dengan sahabat karib, saling sahut, saling sambung, saling senyum dan tertawa, saling mengingatkan dengan cara yang sangat rileks. 

Maka agar tidak kehilangan ruh jati diri (aslinya), kami (diberi tugas) untuk (berusaha) mengumpulkan berbagai menuskrip khususnya 'Serat Menak', mungkin juga akan kami mix dengan 'Kitab Ambiyo', dan berbagai literasi kuno lain yang saling menguatkan. 

Semoga 'Jemblung New Sekarsari' tetap lestari, dan istiqomah mengemban misi dakwah, aamiin...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun