Pernah nggak kamu ngerasa udah dapetin banyak hal tapi masih tetap ngerasa kosong? Kaya hati tuh kosong, sepi dan jadi ngerasa nggak cukup sama sesuatu. Nah, bisa jadi perasaan yang kamu alami itu tanda sinyal dari BPD atau Borderline Personality Disorder.
BPD adalah salah satu mental illness dimana seseorang mengalami emosi yang naik-turun parah, gampang banget ngerasa akan ditinggalkan oleh seseorang, takut kehilangan tapi juga bisa nyakitin orang lain karena hal itu. Kalau kamu punya pasangan atau kerabat yang seperti ini, toxic vibes-nya kerasa banget kalau lagi nggak bisa ke-handle. Tapi, bukan berarti mereka itu jahat, hanya saja ada sesuatu yang mungkin belum tuntas atau sembuh di diri mereka. Jangan pernah tinggalkan mereka sendirian, inilah saatnya untuk lebih peka dengan orang-orang BPD, bahwa mungkin saat itu sebenarnya mereka lagi butuh untuk dibantu.
Nggak cuma ngebahas dari sisi medisnya aja, kita akan membedah BPD dari dua teori kepribadian, yaitu Sigmund Freud dan juga Abraham Maslow. Sebelum lanjut ke BPD, ada fakta menarik dari dua tokoh tersebut, Freud suka mengulik bawah sadar, sedangkan Maslow, ia terkenal dengan teori kebutuhan manusia. Itulah kenapa, pembahasan tentang BPD akan semakin menarik melalui lensa kacamata Freud dan Maslow.
Freud: Tarik Ulur di Dalam Diri
Freud berpendapat kalau kepribadian kita itu terbentuk dari tiga struktur utama dari teori psikoanalisis yaitu Id (hastrat liar), Ego (penengah Id dan Superego), dan Superego (berisi moral dan norma). Orang dengan ciri-ciri BPD itu biasanya ego mereka lemah, makanya mereka jadi gampang ditarik sama keinginan impulsive (id) dan rasa bersalah atau juga bisa rasa malu mereka (superego).
Â
"The ego is not master in it's own house"
---- Sigmund Freud, A General Introduction to Psychoanalysis. (1917).
Jadi, menurut pandangan Freud, ego mereka itu sulit untuk diatur dari dua sisi ekstrem, makanya sering muncul perilaku yang impulsive, mood yang berubah-ubah, dan sifat yang drama banget. Selain itu, orang dengan BPD juga suka menggunakan mekanisme pertahanan kaya Splitting, alias mereka berpikir kalau orang-orang cuma bisa baik banget atau jahat banget ke mereka, bukan ditengah-tengah baik dan jahat.
Â
Konflik Batin Yang Belum Selesai
Dari id, ego dan superego, ketika ada konflik antara ketiganya, si BPD ini bisa bikin kita ngerasa cemas dan nggak puas. Misalnya, kamu pengen banget disayang sama pacar kamu tapi kamu takut akan ditolak keinginan kamu itu, terus ujungnya jadi bingung sendiri. Akhirnya, kamu cuma simpan perasaan itu dan nggak akan pernah terselesaikan, yang bisa berujung jadi masalah dalam diri kamu.
Â
"Unexpressed emotions will never die. They are buried alive and will come forth later in uglier ways"Â
---- Sigmund Freud
Namun, selain dari yang sedang terjadi atau belum lama kejadiaannya, luka batin dari masa lalu juga bisa mempengaruhi. Sering menyembungikan perasaan, nggak berani mengungkapkan apa yang lagi kamu alami bisa memunculkan bentuk krisis identitas diri dan hubungan yang nggak sehat, entah itu dihubungan keluarga, pertemanan, atau pasangan kamu. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mengalami BPD.
Maslow: Kebutuhan Dasar Yang Tidak Terpenuhi
Maslow mempunya teori Hierarchy of Needs yang bentuknya seperti piramida, dari kebutuhan dasar seperti makan, tidur, rasa aman dan juga aktualisasi diri (kebutuhan tertinggi).
Â
Individu dengan BPD mempunyai kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki yang sering tidak terpenuhi, traumatis dari pengalaman masa kecil, hubungan yang tidak stabil, dsb. Karena itu, mereka bisa kesulitan mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri. Hal ini menunjukkan bahwa frustrasi dalam memenuhi kebutuhan dasar ini berkorelasi dengan gejala BPD. Mereka haus akan validasi, pengen banget dicintai tapi takut akan dikecewakan.
BPD: Kenapa Aku Sering Merasa Nggak Cukup?
"What is necessary to change a person is to change his awareness of himself"Â
--- Abraham Maslow, dikutip dalam Life In The Open Sea oleh William M. Stephens (1972).
Mereka sebenarnya nggak sadar kalau akar dari kekosongan atau perasaan yang nggak pernah cukup itu karena kebutuhan dasar mereka belum pernah benar-benar terpenuhi. Dan ketika kebutuhan mereka itu nggak terpenuhi, mereka jadi nggak bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi seperti self-esteem atau aktualisasi diri.
Maslow juga mengatakan, "The story of the human race is the story of men and women selling themselves short". Artinya, banyak dari kita yang punya potensi besar tapi justru stuck karena luka lama dan kebutuhan emosional mereka yang nggak pernah terpenuhi dengan baik.
Â
Bagaimana Cara Agar Bisa Merasa Cukup?Â
Solusi bagi orang yang punya ciri-ciri BPD membutuhkan pendekatan yang komprehensif:
1. Terapi Psikodinamik
Terapi ini bisa membantu individu memahami konflik batin yang mendasari perilaku mereka, serta mengintegrasikan aspek-aspek diri yang terpecah.
2. Terapi Berbasis Mentalisasi (MBT)
Terapi ini membantu meningkatkan kemampuan seseorang untuk memahami pikiran dan perasaan diri sendiri dan juga orang lain. Dengan begitu individu juga bisa memperbaiki hubungan interpersonal mereka.
3. Terapi Dialektik Perilaku (DBT)
DBT membantu individu untuk fokus pada pengembangan keterampilan regulasi emosi, toleransi terhadap stress dan meningkatkan hubungan interpersonal.
4. Dukungan Sosial dan Lingkungan
Selain dari berbagai terapi yang bisa membantu mengatasi BPD, membangun lingkungan yang sehat, mendukung, serta hubungan yang stabil dapat membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kamu bisa mencoba berbagai cara ini pelan-pelan, karena yang paling penting bukan tentang seberapa kamu "cepat sembuh", tapi bagaimana kita bisa perlahan bangkit dan memenuhi rasa cukup di diri kita sendiri dengan baik.
Â
Jadi, perasaan yang nggak pernah cukup ini sering dialami orang dengan BPD yang bisa dijelaskan melalui konflik internal menggunakan teori Freud dan kebutuhan dasar yang belum benar-benar terpenuhi menurut sudut pandang Maslow. Bukan soal lemah atau kuatnya seseorang, tapi bagaimana luka yang belum sepenuhnya sembuh dan kebutuhan yang belum tuntas terpenuhi.
Â
Buat kamu yang sering merasa kosong atau capek sama diri sendiri, kamu bisa pelan-pelan sembuh, kamu nggak pernah sendirian dan nggak apa-apa untuk meminta bantuan orang lain. Kamu layak untuk dicintai tanpa harus sering merasa akan terluka, selalu ada jalan buat kamu bisa merasa cukup, dan itu dimulai dari mengerti diri kamu sendiri. Love yourself first.
Referensi:
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2017). Theories of Personality. McGraw-Hill Education.
Freud, S. (1917). A General Introduction to Psychoanalysis. New York: Boni and Liveright.
Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review, 50(4), 370--396.
Maslow, A. H. (1971). The Farther Reaches of Human Nature. New York: Viking Press.
Stephens, W. M. (1972). Life In the Open Sea: A Humanistic Interpretation. Harper & Row.Â
Linehan, M. M. (1993). Cognitive-Behavioral Treatment of Borderline Personality Disorder. New York: Guilford Press.
Paris, J. (2020). Borderline Personality Disorder: Etiology and Treatment. Washington, DC: American Psychiatric Publishing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI