Dengan cara ini, akuntansi menjadi bagian dari gerakan moral masyarakat, bukan hanya perangkat administratif.
5. Revitalisasi Etos Profesi Akuntan
Akhirnya, teori hermeneutik mengajak setiap akuntan untuk menemukan kembali panggilan jiwanya.
Akuntansi bukan hanya karier, tetapi amanah moral.
Setiap angka yang ditulis adalah kesaksian integritas, dan setiap laporan yang disusun adalah wujud tanggung jawab kepada kehidupan.
Etos profesi akuntan masa depan harus berlandaskan pada tiga nilai:
Kejujuran eksistensial: keberanian mengatakan kebenaran meski sulit.
Empati sosial: kemampuan memahami dampak ekonomi terhadap manusia lain.
Refleksi moral: kesadaran bahwa akuntansi adalah dialog terus-menerus antara fakta dan nilai.
Dalam bahasa hermeneutik, akuntan sejati bukan sekadar "penghitung laba," tetapi penafsir kehidupan.
C. Penutup Akhir: Menghidupkan Akuntansi, Menghidupkan Manusia
Wilhelm Dilthey tidak pernah menulis tentang akuntansi secara langsung. Namun semangat filsafatnya bahwa pengetahuan harus memahami kehidupan dari dalam memberikan arah baru bagi dunia ekonomi modern yang sering kehilangan nurani.
Teori akuntansi hermeneutik bukan utopia akademik. Ia adalah panggilan untuk menghidupkan kembali jiwa ilmu ini.
Di tengah ketidakpastian global, krisis etika, dan hegemoni angka, kita membutuhkan akuntansi yang dapat memahami manusia sebagaimana adanya: makhluk yang berpikir, merasa, dan bertanggung jawab.