lintas siang, lintas malam
selalu saja bermain-main di depan pintu
angin mendesis menanyakan
menghapus keringat di keningkuÂ
setelah panas menggilas
aku tandas dalam kantukku
kuku-kuku sihir merobek jantung
mati dalam sekejab
membangun kesadaran saat terlelap
agar ketika terjaga segalanya siapÂ
kali ini dingin terlantar
menembus dinding-dinding kamar
di sini hening tengah rebah
memaksa meski sudah tak ada do'a
dalam nyalang kurampas khayalan
gulungan ingatan membola
kini membentang menjual diri
agar terlintasi kendali
rahasia demi rahasia kucongkeli
dari balik dinding-dinding sepi
kesunyian yang telah terkubur
diam dalam liang hati
kaku terbujur
malam makin terdampar tak dapat ditunda
dan rindu datang entah dari mana
mengetuk ingin masuk
membaur turut membusuk
(Denpasar-Bali, Minggu 14 Desember 2008, 1001 puisi Nadya Nadine).