Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Fragmen Diri

18 Desember 2019   06:45 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:19 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pixabay.com/cg_champion0)

lintas siang, lintas malam
selalu saja bermain-main di depan pintu
angin mendesis menanyakan
menghapus keringat di keningku 

setelah panas menggilas
aku tandas dalam kantukku
kuku-kuku sihir merobek jantung
mati dalam sekejab
membangun kesadaran saat terlelap
agar ketika terjaga segalanya siap 

kali ini dingin terlantar
menembus dinding-dinding kamar
di sini hening tengah rebah
memaksa meski sudah tak ada do'a

dalam nyalang kurampas khayalan
gulungan ingatan membola
kini membentang menjual diri
agar terlintasi kendali

rahasia demi rahasia kucongkeli
dari balik dinding-dinding sepi
kesunyian yang telah terkubur
diam dalam liang hati
kaku terbujur

malam makin terdampar tak dapat ditunda
dan rindu datang entah dari mana
mengetuk ingin masuk
membaur turut membusuk

(Denpasar-Bali, Minggu 14 Desember 2008, 1001 puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun