Mohon tunggu...
Nadiirah Paleway
Nadiirah Paleway Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Kesejahteraan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Mingguan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Tragedi Affan Kurniawan: Pelajaran Tentang Relasi Negara Dan Rakyat

19 September 2025   22:13 Diperbarui: 19 September 2025   22:13 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 17 September 2025 merupakan pertemuan ketiga mata kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam perkuliahan ini, kami diajak untuk meresume sekaligus memberi tanggapan atas artikel yang ditulis oleh dosen kami, Bapak Studia Rizal, di Kompasiana.

Saya memilih salah satu artikel membahas tragedi yang mengguncang nurani bangsa, tepat di bulan kemerdekaan lalu. Peristiwa ini menjadi ironi: ketika kita memperingati hari lahir bangsa dengan penuh semangat, justru ada nyawa rakyat kecil yang melayang sia-sia.

Dalam artikel itu dijelaskan bagaimana seorang anak muda bernama Affan Kurniawan, seorang driver ojek online, meninggal dunia setelah terlindas mobil taktis Barracuda milik Brimob di tengah demonstrasi. Kematian ini tidak bisa dilihat sebagai kecelakaan lalu lintas biasa. Kehadiran kendaraan militer di jalanan sipil merupakan simbol komunikasi kuasa negara terhadap rakyat. Dalam perspektif komunikasi kritis, Barracuda bukan hanya alat pengamanan, tetapi juga instrumen intimidasi yang menegaskan bahwa negara lebih memilih bahasa kekerasan ketimbang dialog.

Artikel tersebut juga menguraikan bagaimana media sosial mengubah cara publik memandang tragedi ini. Video detik-detik wafatnya Affan menyebar luas dan menciptakan narasi kolektif baru. Publik tidak menerima narasi resmi bahwa ini sekadar kecelakaan, melainkan melihatnya sebagai kegagalan negara melindungi warganya. Di ruang digital, masyarakat berhasil membangun narasi tandingan: aparat yang seharusnya menjaga justru dianggap melanggar. Hal ini menunjukkan bahwa wacana kekuasaan tidak lagi berjalan satu arah, karena publik kini punya ruang untuk bersuara.

Bagi saya pribadi, tragedi ini adalah pelajaran penting. Sebagai mahasiswa yang sedang mempelajari Pancasila, saya melihat bahwa nilai kemanusiaan seharusnya menjadi dasar komunikasi negara dengan rakyat. Permintaan maaf Kapolri yang penuh air mata mungkin menyentuh hati, tetapi tanpa perubahan nyata, itu hanya akan menjadi simbol belaka. Masyarakat saat ini semakin kritis, mereka tidak lagi puas dengan kata-kata, melainkan menuntut transparansi, akuntabilitas, dan keadilan yang nyata.

Sebagai penutup, tragedi Affan Kurniawan mengingatkan kita bahwa komunikasi yang dibangun di atas rasa takut hanya akan melahirkan perlawanan. Negara harus berani mengubah bahasanya dari intimidasi menuju dialog, dari kekuasaan menuju kemanusiaan. Pertanyaannya kini: apakah pemerintah siap mengambil langkah itu, ataukah kita masih akan terjebak dalam budaya komunikasi represif? Mari kita renungkan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun