Atau kematian yang menanti di depan.
Namun wajahnya tetap berbinar.
Senyumnya tersungging bersinar.
Padahal nun jauh di tempat tak terjamah,
Ada makhluk yang gemar berkeluh kesah.
Dunianya ribut, penuh suara tanya yang berseling tangis merana.
Dan nyatanya, hati baru saja berdusta.
Dia bukan teman, sahabat apalagi saudaraku.
Tapi mau tak mau aku harus merasakan hal yang sama dengannya.
Ya, sama dengan si Bodoh yang pandai berdusta.
Hati, ternyata dia lebih dari sabahat sejati.
Meski banyak hal yang ku benci darinya, aku harus mengakui
Bahwa dia adalah Hati-ku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!