Generasi Z, yakni mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, dikenal sebagai generasi digital native. Sejak kecil mereka sudah akrab dengan internet, smartphone, dan media sosial. Kehadiran platform seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter) menjadikan media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana membangun identitas, bersosialisasi, hingga mengekspresikan diri.
Namun, di balik peran positifnya, media sosial juga membawa dampak psikologis yang cukup serius bagi Gen Z. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan meningkatnya risiko kecemasan, depresi, hingga rasa kesepian.
Media Sosial sebagai Ruang Ekspresi
Bagi Gen Z, media sosial menjadi wadah untuk menampilkan kreativitas dan berjejaring. Menurut survei Deloitte Global Gen Z and Millennial Survey 2023, hampir separuh Gen Z di seluruh dunia merasa media digital membantu mereka menemukan komunitas, memperjuangkan isu sosial, dan memperluas peluang karier. Banyak pula yang menjadikan platform digital sebagai sumber hiburan sekaligus inspirasi.
Selain itu, muncul tren "konten autentik" seperti aplikasi BeReal yang mendorong pengguna membagikan momen sehari-hari tanpa filter. Fenomena ini menunjukkan bahwa Gen Z mulai jenuh dengan standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis, dan lebih menghargai keaslian dibanding popularitas.
Tekanan Standar Sosial di Dunia Maya
Di sisi lain, media sosial sering kali menghadirkan "standar palsu" yang tidak mencerminkan kehidupan nyata. Foto yang diedit, gaya hidup mewah, dan pencapaian yang dipamerkan membuat banyak Gen Z merasa harus selalu tampil sempurna.
Penelitian dari Saudi Journal of Humanities and Social Sciences (2024) menemukan bahwa perbandingan sosial (social comparison) di media sosial berkontribusi pada rendahnya rasa percaya diri dan meningkatnya kecemasan pada pelajar Gen Z.
Fenomena ini juga disebutkan oleh ahli psikologi Jean Twenge, penulis buku iGen. Dalam risetnya di San Diego State University, Twenge menemukan bahwa semakin lama remaja menghabiskan waktu di depan layar, semakin besar kemungkinan mereka merasa tidak bahagia, kesepian, hingga mengalami gejala depresi.
Dampak Psikologis yang Terukur
Studi global dari McKinsey Health Institute (2023) mencatat bahwa satu dari empat Gen Z melaporkan kondisi kesehatan mental mereka menurun dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab utamanya adalah penggunaan media sosial secara pasif, seperti doomscrolling, yang justru memicu rasa tidak puas dengan hidup sendiri.