Allah menjanjikan ketenangan bagi hamba yang mengingat-Nya:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Ra'd: 28).
Mengingat Allah dan menata prasangka baik adalah jalan menuju jiwa yang damai.
Husnuzan Membentuk Pikiran Positif
Selain hati yang tenang, prasangka baik kepada Allah juga memengaruhi cara berpikir. Pikiran positif lahir dari keyakinan bahwa Allah selalu menolong hamba-Nya. Maka ketika menghadapi masalah, seorang mukmin tidak berhenti pada keluhan, tetapi berusaha mencari jalan keluar sambil bersandar kepada Allah.
Pikiran positif yang berlandaskan iman ini menjadikan seorang muslim lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih kuat menghadapi tantangan hidup.
Pada akhirnya, semua usaha menyemai husnuzan dan ketenangan bermuara pada tercapainya qalbun salim (hati yang bersih). Hati yang tidak dirusak oleh iri, dengki, putus asa, atau prasangka buruk. Hati inilah yang kelak menjadi bekal berharga di hadapan Allah pada hari kiamat (QS. Asy-Syu'ara: 88--89).
Hadis "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku"Â mengajarkan bahwa prasangka baik kepada Allah adalah kunci ketenangan hati dan pikiran positif. Dengan husnuzan, seorang muslim mampu menyikapi takdir dengan sabar, bersyukur dalam nikmat, dan tidak putus asa dalam cobaan. Menyemai husnuzan berarti merawat iman, hingga hati menjadi damai dan jiwa siap kembali kepada Allah dengan qalbun salim.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI