Mohon tunggu...
Mutia Rahmah
Mutia Rahmah Mohon Tunggu... mahasiswa

saya merupakan mahasiswa aktif fakultas psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

hubungan antara perfeksionisme dan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa

14 Juni 2025   17:29 Diperbarui: 14 Juni 2025   17:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan akademik, banyak mahasiswa yang memiliki standar tinggi dalam pencapaian akademiknya. Mereka berusaha keras untuk mendapatkan nilai sempurna, mengerjakan tugas dengan detail yang luar biasa, dan memastikan setiap aspek pekerjaan mereka memenuhi kriteria terbaik. Sikap ini sering kali diidentifikasi sebagai perfeksionisme, suatu karakteristik yang dapat berdampak positif maupun negatif tergantung pada bagaimana individu mengelolanya. Namun, dalam banyak kasus, perfeksionisme justru beriringan dengan ketakutan akan kegagalan, yang dapat menghambat perkembangan akademik dan psikologis mahasiswa.

Perfeksionisme sering kali dipandang sebagai karakteristik positif yang mendorong individu untuk mencapai potensi terbaiknya. Mahasiswa dengan sikap perfeksionis biasanya memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dalam menyelesaikan tugas, serta tekad yang kuat untuk mencapai kesempurnaan. Mereka merasa bahwa usaha maksimal adalah kewajiban, bukan sekadar pilihan. Namun, di balik itu semua, ada konsekuensi psikologis yang kurang menyenangkan. Perfeksionisme yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kecemasan berlebih, stres, dan bahkan burnout. Mahasiswa yang perfeksionis sering kali merasa takut untuk membuat kesalahan sekecil apa pun, karena bagi mereka, kegagalan bukan hanya tentang hasil buruk, tetapi juga tentang harga diri dan pengakuan sosial.

Ketakutan akan kegagalan adalah fenomena psikologis yang terjadi ketika individu terlalu khawatir dengan kemungkinan hasil negatif. Dalam konteks akademik, mahasiswa yang mengalami ketakutan ini sering kali menghindari tantangan, mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, dan terjebak dalam pola pikir bahwa kegagalan akan berdampak buruk bagi masa depan mereka. Beberapa faktor yang dapat memperparah ketakutan ini antaranya ekspektasi dari lingkungan, perbandingan sosial, kurangnya pengelolaan emosi.

Gabungan antara perfeksionisme dan ketakutan akan kegagalan dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi mahasiswa, baik secara akademik maupun psikologis. Beberapa dampak yang sering terjadi diantaranya penundaan akademik (Procrastination), dan rendahnya rasa, percaya diri serta gangguan kesehatan mental. Meskipun tantangan ini sulit, mahasiswa dapat menerapkan beberapa strategi untuk mengelola perfeksionisme dan mengatasi ketakutan mereka terhadap kegagalan yaitu dengan menerima bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, menetapkan standar yang realistis, fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir, melakukan teknik relaksasi dan mindfulness dan membangun dukungan sosial.

Perfeksionisme dan ketakutan akan kegagalan merupakan dua aspek yang saling berkaitan dan dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan mahasiswa. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan stres berlebih dan menghambat perkembangan akademik serta psikologis mereka. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa kesempurnaan bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan, serta bahwa kegagalan bukanlah akhir dari perjalanan mereka, melainkan bagian dari proses yang harus dijalani dengan bijaksana. Dengan pendekatan yang tepat, mahasiswa dapat belajar untuk menyeimbangkan ambisi mereka dengan kesehatan mental yang baik, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga memiliki kehidupan yang lebih sehat secara emosional dan psikologis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun