Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Berlayar di Tengah Tingginya Batu Karst Phi Phi Island

16 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 16 Februari 2019   22:22 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah puas saatnya makan siang. Jadi tur kami sebelum turun dari kapal sudah membagikan kupon makan dengan waktu dan tempat tertentu jadi kami tinggal mencari tempatnya sesuai jam yang telah ditentukan. 

Kami terlambat setengah jam untuk makan siang dan itu udah rame banget parah....dan makannya semuanya beringas. Di meja saya saja duduk beberapa orang India yang makannya ngabisin ayam ampe 10 potong kali per orang. Udeh gile kali dia. Akhirnya pada gak kebagian semua, apalagi yang datang terlambat. Sampe kelakukan songong ini ditegor lho sama waitress nya. Gak tahu malu emang dan saya cuma bisa melototin aja. 

Di meja makan ini juga saya dan teman gak nyangka bisa duduk semeja dengan 2 lelaki india yang saling menempel terus ini. Yang satu perawakannya besar yang satu kecil. Muka licin kayak pemain film Bollywood kita pun berbisik-bisik kalau mereka kayaknya sepasang kekasih hehehe...

Dan ternyata ini awal dari takdir kami bertemu lagi esok hari, tapi ceritanya nanti aja yak hahha. Jadi selepas makan kami pun pulang. Kali ini spot yang kami pilih di kapal oke punya tapi panas juga. Kami tepat menghadap ke laut sambil tiduran ala ala berjemur padahal kulit udah item tapi tetap bertahan karena terbuai dengan angin yang bergolak menyapu kulit kami. Maka jadinya ditutupin lah kepala kami pakai handuk, jangan lupa juga kacamata hitam. 

dokpri
dokpri
Sembari menghadap laut kami mencoba tertidur, tapi saya sendiri sungguh sulit tidur hingga akhirnya hantaran semangka gratis datang sedikit menyegarkan kami yang lagi terpanggang matahari. Turun dari kapal, kami berkenalan dengan seorang ibu yang sendirian menikmati Phi phi island. Sejak di kapal dia memang sudah melempar senyum dan curi-curi pandang ke arah kami, ternyata hendak berkenalan. 

Dia cerita kalau dia menyukai Phuket karena dia demen berenang dan berjemur. Makanya tak heran kerjaannya berenang di kolam hotel mulu, yakali. Dia juga memuji setinggi langit soal keteraturan di Singapura yang membuat dirinya nyaman. Gak mau kalah, saya juga promosiin Indonesia lewat indahnya foto-foto instgram saya. Huuu... mana bisa Singapura dibandingin sama Indonesia. Maka dia pun mengangguk dan menyetujuinya. 

dokpri
dokpri
Kami kembali ke hotel lalu mandi bersiap memburu sang senja, tapi gagal awan hitam menggantung, sang mentari enggan terlihat. Senja dimakan kelam maka saat ini hingar bingar dimulai. Jalan mulai ditutup untuk kendaraan, orang-orang terhampar di jalan berjoget, berjalan, berjualan, bergandengan, dan saya pun keder. Kelap kelip club juga menyala membuat kami sedikit hilang arah. 

Ya, red district Phuket dimulai. Kami memilih menjauhinya dan pulang ke hotel kembali istirahat. Terima kasih saya tidak tertarik dan besok kami akan eksplorasi James Bond Island yeeey. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun