Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Berlayar di Tengah Tingginya Batu Karst Phi Phi Island

16 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 16 Februari 2019   22:22 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi sekitar pukul 9an kita sudah standby di depan hotel buat menuju ke Phi phi island yang fenomenal ituh. Jadi bagi kalian yang belum tahu, jadi Phi phi itu kayak balinya Indonesia. Makanya saya lebih suka pergi ke sini daripada ke Bangkok yang kota banget. 

Sebenarnya itu tergantung selera sih, suka wisata kota atau wisata alam. kalau wisata alam yang kudu banget dateng ke sini. Phi-phi Island menawarkan panorama surgawi penuh dengan bebatuan kars plus air laut berwarna hijau tosca. 

Jadi sebelum menikmati semua itu, kita ikutan paket tur menuju phi-phi island. Dari hotel kita dijemput sekitar pukul 8 atau 9 pagi lalu naik travel sekitar sejam lalu naik kapal persiar, bukan deng, kapal penumpang yang besar, baru menuju ke Phi phi island  yang di sekitarnya juga ada beberapa pulau kecil lainnya.

Jadi ada beberapa tour agent yang numplekin kita dalam satu kapal besar itu. Jadi untuk menandai kelompok, kita dikasih stiker yang ditempel di baju. Masuk ke kapal yang super besar ini kita langsung nempati tempat di dek atas bagian outdoor dengan angin sepoi sepoi tapi panas yeee... cuma males aja kalau yang indoor. Sebab, pengen banget nikmati suasana kapal ini saat berlayar. 

Kami juga ditanya, apa mau snorkeling atau mau ada tambahan paket lainnya yang berarti harus bayar lagi. Kita sih nolak karena bokek hahaha...Trus lumayan lama juga tuh kita nungguin ampe kering sampai kapal ini benar-benar jalan. Selama itu saya memperhatikan banyak turis dari berbagai negara. 

Ada rombongan emak-emak dari korea yang heboh minta ampun. Para ajumma ini kaga malu ngakak dan kelihatan setia kawan dan saling menjaga, serta bergeromobol. Sementara turis asing asal Eropa atau bule cenderung individualis ada yang sendiri, sama pacar, sama pasangan homo juga ada wkwkwk....

Yang lainnya yang paling ganggu tentu aja turis dari India. Etdahh pake emas berkilo-kilo sampe silauuu... ya kali mak masa mau ke pantai ngejebreng emas. hmmm Mereka juga rese dan paling gak tahan bau badan hahaha sampe saya sendiri mau muntah. 

dokpri
dokpri
Akhirnya kapal jalan juga sepanjang perjalanan saya dan teman ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya kita masuk ke kompleks batu kars yang super tinggi dan hijau. Ini tandanya kita mau dekat, maka kita pun turun ke dek bawah dan maju ke bibir perahu di depan. Spotnya pun berebut terutama sama orang-orang India inih adeeh.

Gak lama kita pun merapat ke bibir pantai dengan air super berwarna hijau tosca tapi lumayan jernih sih. Selepas merapat kita langsung cari yang dingin-dingin apalagi kalau bukan coconut ice cream. Kita juga gak dikasih waktu banyak untuk eksplorasi sekitar 1,5 jam aja lalu berkumpul untuk makan siang. 

Saya dan teman saya pun langsung ngacir ke bibir pantai dan menyusurinya sembari foto-foto. Tepat di bibir pantai banyak banget tuh resor2 mahal mirip banget kayak bali. Nah, bagi yang mau nginep di pedalaman atau di pulau lain harus sewa kapal kayu lagi yang harganya lumayan. Kayaknya yang  sering diliat di film atau youtube itu, daerah-daerah yang terpencil bukan di sini. Pastinya lebih bagus, lebih hijau, dan jernih. 

Kami juga mencari spot buat main air di pantai yang lumayan sepi sembari duduk2 meski ga lama karna panas hahaha... di sini juga banyak yang jual beragam oleh-oleh dengan harga yang ga terlalu mahal juga dan yang pasti otentik. 

Setelah puas saatnya makan siang. Jadi tur kami sebelum turun dari kapal sudah membagikan kupon makan dengan waktu dan tempat tertentu jadi kami tinggal mencari tempatnya sesuai jam yang telah ditentukan. 

Kami terlambat setengah jam untuk makan siang dan itu udah rame banget parah....dan makannya semuanya beringas. Di meja saya saja duduk beberapa orang India yang makannya ngabisin ayam ampe 10 potong kali per orang. Udeh gile kali dia. Akhirnya pada gak kebagian semua, apalagi yang datang terlambat. Sampe kelakukan songong ini ditegor lho sama waitress nya. Gak tahu malu emang dan saya cuma bisa melototin aja. 

Di meja makan ini juga saya dan teman gak nyangka bisa duduk semeja dengan 2 lelaki india yang saling menempel terus ini. Yang satu perawakannya besar yang satu kecil. Muka licin kayak pemain film Bollywood kita pun berbisik-bisik kalau mereka kayaknya sepasang kekasih hehehe...

Dan ternyata ini awal dari takdir kami bertemu lagi esok hari, tapi ceritanya nanti aja yak hahha. Jadi selepas makan kami pun pulang. Kali ini spot yang kami pilih di kapal oke punya tapi panas juga. Kami tepat menghadap ke laut sambil tiduran ala ala berjemur padahal kulit udah item tapi tetap bertahan karena terbuai dengan angin yang bergolak menyapu kulit kami. Maka jadinya ditutupin lah kepala kami pakai handuk, jangan lupa juga kacamata hitam. 

dokpri
dokpri
Sembari menghadap laut kami mencoba tertidur, tapi saya sendiri sungguh sulit tidur hingga akhirnya hantaran semangka gratis datang sedikit menyegarkan kami yang lagi terpanggang matahari. Turun dari kapal, kami berkenalan dengan seorang ibu yang sendirian menikmati Phi phi island. Sejak di kapal dia memang sudah melempar senyum dan curi-curi pandang ke arah kami, ternyata hendak berkenalan. 

Dia cerita kalau dia menyukai Phuket karena dia demen berenang dan berjemur. Makanya tak heran kerjaannya berenang di kolam hotel mulu, yakali. Dia juga memuji setinggi langit soal keteraturan di Singapura yang membuat dirinya nyaman. Gak mau kalah, saya juga promosiin Indonesia lewat indahnya foto-foto instgram saya. Huuu... mana bisa Singapura dibandingin sama Indonesia. Maka dia pun mengangguk dan menyetujuinya. 

dokpri
dokpri
Kami kembali ke hotel lalu mandi bersiap memburu sang senja, tapi gagal awan hitam menggantung, sang mentari enggan terlihat. Senja dimakan kelam maka saat ini hingar bingar dimulai. Jalan mulai ditutup untuk kendaraan, orang-orang terhampar di jalan berjoget, berjalan, berjualan, bergandengan, dan saya pun keder. Kelap kelip club juga menyala membuat kami sedikit hilang arah. 

Ya, red district Phuket dimulai. Kami memilih menjauhinya dan pulang ke hotel kembali istirahat. Terima kasih saya tidak tertarik dan besok kami akan eksplorasi James Bond Island yeeey. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun