sudah cukup untuk membuat
sudut-sudutku menjadi lesung,
saat wajahku ditendang rompi bermonyet,
siapa yang menyukai tetangga kita yang minim
bukan itu yang menarik minat mereka
yang berada di baris kesembilan belas
siapa yang tidak pernah menanggung rasa
sate siput terangsang pedas
begitulah hidupku, sebuah batu bata yang tak pernah penting.
kutelah melihat segala sesuatu sebagai batu bata yang biasa,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!