Mohon tunggu...
Mustam Arif
Mustam Arif Mohon Tunggu... lainnya -

Mustam Arif, rakyat biasa dan penikmat media, tinggal di Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mumi di Wamena, Eksotisme dan Pesan Masa Depan

16 Juni 2015   12:37 Diperbarui: 11 Juni 2016   13:21 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan pulang ke hotel, sambil merasa puas telah melihat mumi, saya mencoba merenung. Mumi yang terpelihara itu kini telah menghidupi generasi pelanujutnya.

Wim Motok Mabel telah membuktikan pesanya. Wasiat meminta jasadnya diawetkan untuk memberi kesejahteraan hidup keturunanya kelak, terbukti dalam rentang waktu dua atau tiga ratusan tahun kemudian.

Pikiran Mabel mampu menjangkau masa depan untuk keturunanya. Seolah ia memahami denyut masa depan Papua. Tanah yang dianugrahi limpahan sumber daya alam, tetapi suatu ketika, pulau ini tertinggal dari pacuan kemajuan.

Saya teringat riset Jared Diamond, profesor fisiologi manusia dari Los Angeles, yang dituangkan dalam bentuk film dokumenter Out of Eden oleh NationalGeographic. Diamond menyimpulkan Pulau Papua tertinggal dari derap awal modernisasi berbagai benua, karena tidak memiliki hewan produktif dan karbohidrat berprotein tinggi, serta terlambatnya budaya bercocok tanam. Saya pikir, simpulan Diamond terlalu sederhana.

Mumi Motok Mabel seolah menjadi pesan futuristis, ''Bila kalian awetkan jasadku, suatu ketika akan menghidupimu.'' Bagi saya, itu makna harfiahnya.

Di balik itu, mumi jasad Mabel adalah pesan simbolik. Mumi secara material bukanlah sumber rezeki abadi. Tetapi keputusan Mabel memumikan jasadnya sebagai penanda etos, untuk kecerdasan mengelola kekayaan di punggung dan perut bumi Papua. Mungkin itulah pesan masa depan Mabel untuk kemakmuran sesungguhnya. (mustam arif/mustamarif@gmail.com)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun