Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki Malam

8 Januari 2020   14:50 Diperbarui: 8 Januari 2020   23:17 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parman tergeletak lemah. Mungkin juga sudah tidak bernapas lagi. Wajah Parman sudah tidak dikenali lagi, mungkin. Bagaimana tidak, sekujur tubuh Parman gosong. Parman dibakar hidup-hidup. Ia yakin betul kalau itu adalah Parman karena di jari manisnya masih melekat cincin bertuliskan nama sang anak kelak yang tidak akan mungkin pernah ada.

"Rasakan itu pencuri kotak amal masjid. Pencuri di rumah Allah memang pantas dibakar."

"Ya Allah itu kok orang kejam-kejam sih. Manusia kok dibakar. Gendeng!"

"Wah video ini bakal trending di Youtube! Dan aku bakal terkenal."

Sementara Munaroh jatuh tersungkur di hadapan suaminya, tidak rela lagi mendengar apa yang dikatakan warga.  Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Ternyata selama ini ia makan makanan haram. Tapi kenapa pula suaminya harus dibakar? Kenapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun