Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terimakasih untuk Rumah Nyaman (2)

8 Agustus 2022   09:45 Diperbarui: 8 Agustus 2022   09:52 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekejap kemudian setelah kepala celingukan mencari keberadaan rumahnya elis ini, arah utara pada posisi tanah dengan sedikit mendaki, sebuah rumah agak tinggi dengan lampu remang putih. Kelihatan pada celah-celah dedaunan singkong yang sedikit rimbun, sesosok perempuan duduk di teras sembari melihat gaway, tak berjilbab, lebih tepatnya gadis remaja.

"Itu mungkin rumah elis, itu adenya kayanya". Kataku.
"Dek,,,, "Rumahnya elis ini? Panggilku setengah teriak. 
"Iya,,,,. Perempuan itu dengan ekspresi kaget segera masuk kedalam. Barangkali memanggil elis. Setelah itu, perempuan yang kami harapkan, elis wati keluar dengan kain sarung menutupi rambut. Dengan senyum sumringah dan memukau.

"Hey, safar,, ngapain disitu, sini masuk rumah". Ajak elis.
Kami bergegas mengarahkan motor sedikit mendaki menuju halaman rumah itu. Dalam kesempatan itu sebagaimana adat kebanyakan memperlakukan tamu dengan sangat terhormat. Kami dilayani dengan baik betul.

Malam berlangsung dengan interaksi hangat bersama secangkir kopi dan beberapa cemilan. Sepi dan nyaman. kendati sinyal buat hati tak tenang. Bercerita soal perjalanan adalah preferensi utama malam ini. Elis dengan karakternya yang anggun cukup menjadi pendengar yang baik. sesekali merespon dengan tanya dan senyum khasnya.

Adapun gadis sebelumnya itu adalah ponakannya, bukan adik kandungnya. Paras yang tak kalah juga dengan elis, memiliki senyuman memikat, tak heran kalau kakak himpunan ku bercerita dengan sangat nyaman dan intens.

Dua gadis keturunan bugis, dengan perlakuan mulia. Malam yang hening mengatakan bahwa ditempat ini kamu dibuat dingin. Sekalipun hatimu ketar-ketir karena perilakunya. Senyum yang membekas di hatimu sudah cukup untuk berandai, siapakah yang pantas untuk sosok itu.

Disini, komunikasi secara langsung efektif.  Tidak seperti kota, sepi ditengah keramaian. Sering berkumpul tetapi masih saja asik dengan handphone masing-masing. Meskipun tidak semua juga begitu.

Arti penting setiap perjalanan adalah perjumpaan dengan orang-orang dengan berbagai karakter. Di manapun kamu berada, engkau akan bertemu dengan manusia yang menyambut mu dengan ramah jika etika di junjung tinggi.

Malam semakin larut, perasaan lega menyusupi ruang hati ini. Elis sesungguhnya menganjurkan kami untuk segera tidur karena kecapean. Tetapi barangkali suasana seperti ini lebih nikmat untuk kita bercerita bersama gulita dan orang-orang yang buat hati kita nyaman.

Pagi menyapa, mata terbelalak saat melihat apa panorama didepan sana,,

Berlanjut,,,,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun