Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Orang Pelabuhan Sekolah di Belanda # 5

17 Maret 2023   09:35 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:48 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisa waktu 5 jam menunggu pagi seolah menjadi saat terpanjang dan menyiksa yang pernah saya alami.

Miring nylonjor di kursi sempit kami disiksa udara dingin menusuk. Tidur di tempat setengah terbuka, dengan pakaian hanya jaket setengah tebal membuat seluruh tubuh seolah berembug. Menggigil diterjang angin dingin njekut, yang terkadang bertiup kencang.

Ingat cerita seorang teman yang pernah menggelandang 3 hari di Paris saat musim panas. Setiap malam teman itu tidur di taman - taman kota. Namun dirinya sudah mempersiapkan diri. Membawa sleeping bag bekal utama merealisasikan impiannya sejak lama. Malam - malam di Paris dalah petualangan seru, indah dan menegangkan yang selalu diceritakannya dengan antusias. Berbaring di taman kota, hanya kepala muncul dari kantong tidur. Teman itu menikmati langit malam kota cahaya Paris. Jutaan bintang menghias bludru langit, lampu - lampu kota berpendaran cemerlang di kota cahaya ini. Meresapi bau tanah, dedaunan dan bunga - bunga di taman pada saat puncak mekarnya. Sesekali bau parfum mengambang, saat gadis - gadis bersuara seksi Prancis melintas.

Tiga malam tidur menyatu alam kota Paris, menjadi kisah eksotis yang tak akan terlupakan seumur hidup, katanya pamer.

Berbeda dengan malam kami di Luxsembourg ini. Kami nyaris menyerah, tak bertahan terhadap udara dingin yang tak bersahabat. Akhirnya hanya tidur - tidur ayam sampai pagi.

Namun sebagaimana setiap masalah akan berlalu, demikian juga udara dingin menusuk itu perlahan berlalu juga. Saat matahari muncul di timur. Trontong - trontong memancarkan kehangatan yang kami tunggu. Kami kembali bersemangat menyambut, badan berasa hangat kembali.

Bertiga dengan wajah kuyu rambut awut - awutan, kami bersenam kecil di peron yang lengang. Bergerak kiri kanan, jongkok berdiri seperti orang gila yang lagi bahagia.

Penderitaan malam itu terbayar. Pagi cerah, keluar stasiun kami berjalan kaki menjelajah kota yang cantik dan masih sunyi. Tak ada orang tak ada suara. Seolah seluruh kota lagi berkontemplasi. Kecuali kami bertiga.

Seperti koboi Melayu, tengok sana sini. Bangunan bangunan heritage yang rapi berjejer indah. Kantor yang dirancang seperti kastil berdinding sirap hitam runcing berderet indah. Lalu museum, gereja seperti makhluk - makhluk raksasa misterius tergeletak elok.

Yang menakjubkan, adalah lembah - lembahnya. Sangat dalam, terjal menghijau seolah - olah tiba - tiba saja muncul menganga di tengah kota. Lalu jembatan kereta api berlengkung - lengkung pengkuh amat panjang, besar dan tinggi bersimegah mengangkangi lembah - lembah itu.

Perpaduan alam ciptaan Yang Kuasa dan karya manusia, pagi ini terpampang amat elok di sekitar kami. Sungguh terbayar sudah penderitaan dan kebekuan yang kami alami tadi malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun