Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Orang Pelabuhan Sekolah di Belanda # 5

17 Maret 2023   09:35 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:48 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tengah hari setelah cukup puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan. Berkereta menuju Brussels.

Satu jam lebih perjalanan, sampailah di stasiun Brussels Central. Turun disitu, kembali bertiga kami menggelandang, tanpa tujuan jelas. Pokoknya menikmati negeri - negeri dongeng gaya Eropa lama yang masih lestari dan terawat.

Sepanjang siang dan sore keluyuran di kota cantik ini, sungguh pengalaman baru akan sebuah lanscaping kota yang padu. Solid, indah dan fungsional.

Grand Place adalah tujuan wisata terpopuler di Brussels. Sebidang lapangan empat persegi panjang, dikelilingi bangunan - bangunan antik dengan arsitektur unik beragam. Sungguh spektakuler, menawan. Lapangan ini sore itu ramai oleh pengunjung yang mondar - mandir dengan berbagai dandanan bergaya dan modis.
Banyak juga pengunjung yang hanya nongkrong, ngopi di puluhan kafe - kafe berderet di pinggir laoangan. Tidak sekedar ngopi, tapi juga to see and to be seen. Kami menyempatkan juga ngopi disebuah kafe dan to see sekeliling. Tak tahu apakah ada yang see us. Mereguk panas kopi susu dan kue kering delicious, sembari mencecap berbagai wangi parfum para pengunjung yang berhamburan di udara. Sungguh life is so beautiful.

Tak jauh dari ujung lapangan Grand Place, belok di sudut bangunan. Disitu berdiri patung kecil, yang juga menjadi ikon legendaris kota ini. Yaitu Mannekin Pis atau Petit Julien dalam bahasa Prancis.
Yakni patung anak kecil berwarna hitam tembaga yang sedang kencing berdiri di ceruk kecil berkubah. Air mancur memancar dari tititnya yang kecil. Banyak orang berfoto - foto berjejalan berlatar belakang patung itu. Konon patung kecil ini pembawa hoki bagi yang mengusap organ bawah perutnya. Pasti itu takhayul.

Puas mengglandang di Brussels, lepas Mahrib kembali kami naik kereta api. Menuju Luxsembourg, salah satu negeri terkecil di dunia namun sangat makmur. Income per capitanya termasuk tertinggi.

Rupanya ini adalah kereta api yang terakhir. Penumpang turun di setiap stasiun pemberhentian, namun tak ada lagi penumpang baru naik. Gerbong semakin sepi. Gerbong yang sepi di negeri antah berantah. Ada sedikit rasa takut dan tintrim menggelayut. Tak tahu pula ini dimana. Tapi sebenarnya itulah esensi dari get lost, menemukan tempat - tempat tak terduga dan merasakan hal - hal yang tak diantisioasi.

Akhirnya pukul 01.00 pagi sampailah kami di pemberhentian terakhir, stasiun Luxembourg sentral.

Tinggal beberapa penumpang turun di stasiun yang temaram. Turun dari kereta disambut udara malam sangat dingin.

Di Peron, bertiga kami berunding. Akankah keluar stasiun mencari hotel untuk menginap. Atau bertahan, menunggu pagi tidur di stasiun. Akhirnya kami sepakat akan tidur di kursi - kursi panjang stasiun.

Kami masing - masing memilih kursi panjang yang sempit, pas badan di ruang setengah terbuka. Karena ruangan tertutup stasiun sudah dikunci, orang tidak bisa masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun