Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 46

3 Agustus 2018   10:11 Diperbarui: 3 Agustus 2018   10:23 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hembusan Angin Cemara Tujuh 46

Dalam proses mempersiapkan ekspose yang mengeksplore segala daya ini, membuat Sutopo menjadi teringat saat ujian pendadaran akhir di masa kuliahnya dulu, di Bulak Sumur.

Di Fakultas Ekonomi  UGM, penganugerahan gelar sarjana, hanya dapat diberikan setelah mahasiswa lulus ujian pendadaran. Dan ujian pendadaran sendiri dapat dilaksanakan, setelah mahasiswa menyelesaikan tugas akhirnya, yaitu Skripsi sudah ditanda tangani dosen pembimbing.

Saat ujian pendadaran adalah momen yang menegangkan, tak jarang membikin stress berat para calon peserta. Banyak beredar rumor di kalangan mahasiswa story behind dibalik ujian pendadaran  tersebut.

Ujian pendadaran diselenggarakan di Gedung Pusat UGM, biasanya sore hari, dimulai sekitar jam 15 sore, di ruangan relatif sempit bersofa 3 2 1 1, ditengahnya ada meja memanjang. Mahasiswa akan diuji ,sendirian menghadapi tiga dosen penguji. 

Waktu ujian bisa setengah jam, bisa lebih, bahkan bisa juga sampai dua jam. Ujian ini tidak seperti ujian akhir masternya di Rotterdam, dimana mahasiswa melakukan ekspose terlebih dahulu, baru dosen menguji dengan pertanyaan yang terkait bahan ekspose tersebut.

Ujian pendadaran di fakultasnya, sepenuhnya dikendalikan oleh dosen penguji. Selain materi skripsi, Pertanyaan apapun boleh dan bisa dilempar. Dari pertanyaan yang rumit, teoritis, mendasar sampai materi pertanyaan yang remeh remeh. Sehingga ujian pendadaran ini disebut juga ujian komprehensif.

Ujian komprehensif yang sulit di antisipasi. Dan, kalau sampai lima kali ujian pendadaran, mahasiswa belum lulus juga, maka mahasiswa tersebut diwajibkan harus mengikuti kuliah lagi untuk mata kuliah tertentu, atau beberapa mata kuliah. Bisa satu semester, bisa juga satu tahun. Mahasiswa tersebut kena masa Recycle, itulah istilahnya.

Saking sulitnya ujian pendadaran tersebut di antisipasi, sampai banyak cerita beredar, cerita perdukunan yang terpaksa harus disambangi demi kelancaran dan kelulusan menghadapi ujian tersebut.

Meskipun, setengah tidak mempercayai, Sutopo pernah merasakan juga, nuansa magis tersebut di periode ujian pendadaran.

Para calon peserta ujian bulan depan, biasanya di ujian periode bulan ini akan hadir juga sore hari di Gedung Pusat. Mereka mencari informasi soal soal ujian. Bila ada mahasiswa selesai ujian, entah lulus entah tidak, mereka akan mengerubunginya. Meskipun mereka sudah menduga, dengan melihat roman muka mahasiswa yang baru keluar dari ruangan pendadaran, mereka tetap akan bertanya,

" lulus mas - mbak?"

Jawabannya macam macam. Mahasiswa yang keluar ruangan dengan seri wajah akan mengepalkan tinju, dan menjawab gembira LULUS. Namun tidak sedikit pula yang keluar ruangan dengan wajah merah, mata berair, pasrah tak berdaya, menjawab TIDAK LULUS LAGI.

Ada juga yang keluar ruangan sambil ngomel ngomel, ngamuk ngamuk, ngedumel tidak terima.

Setelah pertanyaan kelulusan tadi, pertanyaan berikutnya adalah mengenai materi ujian. Para calon itu ingin mendapatkan bocoran pertanyaan pertanyaan dari masing masing dosen penguji. Selanjutnya bocoran soal itu akan dikompilasi dan menjadi bahan belajar dan diskusi.

Waktu itu, Sutopo mendapat jadwal ujian bulan depan, dan dia hadir sore itu pada ujian bulan ini. Tujuan utamanya tentu adalah akan mencari bocoran soal soal ujian.

Jam dua tiga puluh sore, Sutopo telah sampai di Gedung Pusat. Ujian akan diselenggarakan di lantai tiga selasar selatan. Begitu Sutopo mau melangkah tangga di lantai satu, tercium sayup bau magis misterius, bau bakaran kemenyan yang terkadang nyata, lalu sejenak lenyap. 

Bau kemenyan itu timbul tenggelam mengambang di udara sore yang mulai meredup, menjadikan bulu kuduk Sutopo sedikit meremang. Begitu sampai di puncak undakan dan menyusuri selasar lantai satu, Sutopo terheran melihat dilantai tercecer sawuran sawuran butiran putih tidak kentara. 

Sawuran itu entah beras entah garam, atau campuran keduanya. Diselingi onggokan onggokan kecil bunga bunga berwarna putih dan warna kusam, di pojok pojok tertentu.

Sampai di selasar lantai tiga, di depan ruangan ruangan pendadaran, bau kemenyan itu kembali muncul mengambang, membangkitkan suasana misteri film film horor yang sedang ngetren saat itu.

Sutopo tidak bisa membayangkan bagaimana suasana hati para dosen penguji, menemui dan menghadapi suasana magis tersebut.

Sutopo penasaran. Lain hari dia sounding sounding informasi, tanya kiri kanan tentang hal misterius itu. Setelahnya, Sutopo bisa merangkum beberapa cerita Misteri itu.

Konon ada beberapa orang pinter yang sering didatangi mahasiswa, yang ingin jalan mudah untuk lulus. Orang pinter itu ada di Yogya selatan, di Kota Gede dan ada juga yang di Bantul, tepatnya di tlatah Imogiri.

Orang pinter itu akan memberi beberapa barang kepada mahasiswa yang datang, untuk dibakar atau di sebar di sekitaran tempat ujian, sebelum ujian berlangsung.

Tentu saja konsultasi dengan orang orang pinter itu tidak gratis, harus membayar juga. Istilahnya menebus syarat dari penasihat spiritual. Nara sumber nara sumber yang ditanya Sutopo, ada yang menceritakan dengan sungguh sungguh serius, ada juga yang dengan tertawa haha hehe merasa geli, seolah berkisah tentang sebuah lelucon besar.

Dan tentu saja tidak ada catatan statistik, yang me record tingkat sukses dan keampuhan para penasihat spiritual tersebut.

Sutopo merasa geli kalau teringat cerita konyol masa pendadaran itu. Sutopo sendiri baru lulus, setelah ujian pendadaran yang ketiga. Setelah ujian pendadaran keduanya tidak lulus, Sutopo pulang desa dan melapor kepada orang tuanya ketidak lulusannya itu, dan akan mengikuti lagi pendadaran dua bulan lagi. Bapak ibunya banyak diam, hanya mendengarkan dan sekali sekali berujar, supaya Sutopo sabar dan giat lagi belajar.

Setelah belajar keras, diskusi diskusi inten dengan para kontestan ujian baru, maupun para veteran, yang sudah beberapa kali terhempas dari selasar selatan lantai tiga Gedung Pusat, dua hari lagi Sutopo akan menempuh ujian pendadaran yang ketiga kalinya.

Sore itu lepas Asar, Sutopo di kamar kosnya belajar lagi menggeluti tumpukan buku yang terserak di meja. Tiba tiba ada yang mengetok pintu, memberitahu kalau ibunya datang dari desa ingin bertemu. Sekarang sudah di ruang tamu.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun