Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Putaran Memori

12 April 2020   23:12 Diperbarui: 12 April 2020   23:19 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, kujawab dengan rasa sesak. Marah bercampur pasrah. Tak rela, tetapi juga tak berdaya. Buatku, tentu saja bukan perkara mengingat semua tentangmu. Itu sangatlah mudah, Dik. Separuh jiwaku adalah dirimu. Kau lebih dari sekadar untuk diingat.

Hening. Senja bergulir dan kita kian karam dalam diam.

Mas ....

Lirih suaramu masih melekat kuat di memoriku. Begitu juga sepasang mata berembun yang menatapku sore itu. Dalam tatapanmu, aku melihat mimpi-mimpi yang sudah kita susun sebagai harapan. Lalu kita juga mengikatnya dengan janji. Kesepakatan telah terpatri. Kau dan aku hanya akan menyerah di titik kemustahilan. Dan kita, belum sampai di titik itu. Belum!

Dik, aku akan menikahimu, apa pun resikonya.

Kusuarakan juga tekad yang tiba-tiba menyergap. Aku tidak ingin kehilanganmu. Sungguh.

"Tapi bapak sudah tegas-tegas menjodohkanku sama Pras. Tadi di telpon bapak bilang, habis wisuda minggu depan itu, aku harus pulang, Mas. Tunangan, lalu pernikahan bakal digelar secepatnya. Begitu!"

Kalimatmu itu tersimpan rapi di otakku--kata demi kata. Sebuah rincian rencana yang membuat langit dan seluruh isinya seperti runtuh menimpa dada. Kau tahu, aku sangat mencintaimu, Dik. Maka, izinkan aku memperjuangkan cinta kita. Berjanjilah, kau pun bersedia bertarung bersama. Cinta tidak mungkin diperjuangkan hanya dengan sebelah tangan dan separuh langkah.

Kugenggam erat sepasang tangan halusmu dan menatap penuh harap. Ya, berharap kesungguhan yang seketika meraja di penjuru raga mengalir sempurna ke hatimu. Lalu, menyamakan langkah jadi kian mudah.

Kau mengangguk. Air mata kita rebas deras. Senja luruh, mendekap secuil asa yang baru saja tumbuh. Senyum tipismu jadi kekuatan paling membara dalam jiwa.

***
Kamu ini siapa, hehh? Berani-beraninya melamar Utami. Dasar laki-laki tak tahu diri!

Begitu hardik bapakmu hari itu, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun