Mohon tunggu...
Mulia Donan
Mulia Donan Mohon Tunggu... Freelancer - Petani

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tarian Caci Budaya Manggarai yang Harus Dipertahankan

20 Maret 2021   22:29 Diperbarui: 20 Maret 2021   22:51 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian Caci Budaya Manggarai, Flores, NTT/ dokpri

Suasana di lapangan sepak bola SMAK St. Arnoldus Mukun, Desa Golo Meni, Kecamatan Kota Komba Utara, Manggarai Timur terlihat riuh. Warga masyarakat dari segala lapisan usia berbondong-bondong menuju tempat tersebut. Menurut kabar, tepat pukul 09.30, pergelaran caci -tarian adat masyarakat Manggarai- akan dihelat di situ.

Beberapa sekolah di wilayah Desa Golo Meni telah menyiapkan satu pentas budaya yang menarik, dengan caci sebagai sajian utamanya. SMPN Satap Pedak, SMPN Satap Watu Mundung, dan SMP Katolik Pancasila Mukun adalah sekolah-sekolah yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk acara tersebut. Selain untuk merayakan kemerdekaan Indonesia, hari itu sekaligus menjadi momen unjuk gengsi antar sekolah.

Kian terik hari, kian dekat waktu pergelaran caci dimulai. Lapangan kian padat dengan warga masyarakat yang hendak menonton. Mereka terlihat begitu antusias. Masing-masing memilih dan memprediksi jagoannya. Antusiasme mereka juga diakibatkan oleh jarang ada kesempatan bagi mereka untuk berkumpul dan menyaksikan perhelatan besar seperti ini.

Suasana lapangan menjadi semakin riuh meriah ketika rombongan ronda tarian caci dari ketiga sekolah tersebut memasuki arena caci. Dari suara mereka terdengar nyanyian kelong. Nyanyian itu tak lagi asing bagi telinga sebagian besar masyarakat desa. Lagu kelong adalah lagu khas yang biasa dinyanyikan oleh para penari caci pada saat memasuki arena. 

Para penari caci terlihat elok dan memesona. Mereka mengenakan busana yang memperlihatkan khasanah kekayaan dan karakter fashion adat Manggarai. Songke, balibelo, selendang, dan panggal menjadi atribut-atribut tradisional yang secara langsung dapat terlihat melekat indah di tubuh para penari.

Songke dipakai oleh para penari dari pinggang hingga sebatas lutut, membalut celana panjang putih yang lebih dahulu dikenakan. Bersama songke, ada juga selendang leros yang dililit di sekitar pinggang, membungkus celana putih. Ndeki dikenakan di bagian belakang tubuh, menutupi bagian bawah punggung hingga tulang ekor. Ia berbentuk serupa ekor kerbau atau komodo. Nyaris tak ada beda.

Para penari mengenakan panggal di bagian kepala. Ia  berbentuk seperti kepala kerbau lengkap dengan tanduknya, terbuat dari kulit kerbau yang keras. Kain warna-warni dililitkan di beberapa bagian panggal, menjadi ornamen yang menghiasinya. Panggal dikenakan menutupi sebagian muka yang sebelumnya sudah dibalut dengan sapu atau destar. Ia berfungsi melindungi luka lecet di sekitar wajah. 

Tubuh mereka dibiarkan telanjang. Sinar mentari yang menyentuh keringat para penari, membuat tubuh mereka seolah bercahaya. Pada bagian itulah partner tari akan mengarahkan serangannya. Semakin telanjang tubuh itu dibiarkan telanjang dan kuat menghadapi serangan, semakin perkasa sang penari di mata warga, para penonton.

Musik dari tetabuhan gendang, gong, tembong, dan kidung adat semakin memperkuat tampilan visual para penari caci. Berpadu dengan riuh suara penonton, suara-suara itu membangkitkan aura mistis yang akrab dan dekat, membakar suasana, dan mengalahkan panas matahari, membuat penonton enggan beranjak.

Sebelum caci dimulai, sesepuh adat meminta para penari lainnya menarikan danding atau tandak Manggarai. Tarian tersebut dibawakan laki-laki dan perempuan. Tarian itu telah disiapkan khusus untuk memeriahkan pergelaran caci. 

Ada dua kelompok penari. Masing-masing kelompok mengutus satu orang untuk saling berhadapan. Yang satu berperan sebagai pemukul (paki) dan yang lain berperan sebagai penangkis (ta'ang). Keduanya akan bertukar peran setelah kurun waktu tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun