**
PR besar kita adalah mendidik anak agar aqil dan baligh bersamaan. Menghajarnya dengan penyiapan kedewasaan dan kemandirian sejak usia 10 tahun. Menganggap bahwa mereka sudah dewasa. Sudah setara. Sudah dikenai kewajiban, sudah dewasa, tak wajib dinafkahi.
Ibu? Oh, usahlah risau. Bukankah cinta dan sayang dapat tetap diberikan tanpa disajikan dalam kemanjaan? Agar tak bocah terus!
Agar nanti anak tak menjadi baligh namun tak aqil. Dewasa fisiknya, kanak-kanak mentalnya.
Mungkin tanpa sadar kita punya peran dalam pembocahan anak, hingga kedewasaannya telat. Menganggap bahwa masa pubertas adalah masa pradewasa, postkanak-kanak. Masa tergantung-gantung.
Padahal, kalau suara sudah berubah sering dikomentari,
"Aih, anakku sudah besar!"
Curup,
19.08.2020
Muksal Mina Putra
Referensi :Â
Pendidikan Berbasis Fitrah (Harry Santosa)
Menjadi Ayah Pendidik Peradaban (Adriano Rusfi, dkk)