Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Ken Angrok dan Ken Dedes: Cinta, Kutukan, dan Lahirnya Dinasti Singhasari (Bag.3)

6 Juli 2025   00:12 Diperbarui: 6 Juli 2025   00:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Ken Angrok (Kompas.com)

Ketika saat yang tepat datang, Anusapati mencuri keris Mpu Gandring yang masih tersimpan rapi di tempat rahasia. Dengan membawa dendam dan kutukan yang masih menggantung, Anusapati menyelinap dan menusukkan keris itu ke tubuh Ken Angrok, ayah tirinya sendiri. Tewaslah pendiri Kerajaan Singhasari di tangan anak tirinya, dengan senjata yang dulu ia pakai untuk merebut kekuasaan. Kutukan Mpu Gandring kembali membuktikan kekuatannya---nyawa kedua telah dikorbankan.

Setelah kematian Ken Angrok, Anusapati naik tahta sebagai raja baru Singhasari. Pemerintahannya berjalan relatif damai, tetapi di balik tirai kekuasaan, Tohjaya menanti saat untuk melakukan pembalasan. Tohjaya, yang merasa dikhianati dan kehilangan haknya sebagai pewaris, menyusun siasat balas dendam.

Tohjaya mengetahui bahwa keris Mpu Gandring masih tersimpan. Ia pun mencari kesempatan yang tepat, dan pada momen yang dianggap menguntungkan, ia berhasil membunuh Anusapati dengan keris yang sama. Maut kembali menjemput lewat bilah keris yang menyimpan darah para raja.

Demikianlah, keris Mpu Gandring menjadi saksi dari tragedi yang berulang. Dari tangan ke tangan, dari pembunuhan ke pembalasan, keris itu mengantarkan kehancuran pada mereka yang pernah memilikinya. Kutukan yang diucapkan Mpu Gandring menjelma menjadi kenyataan satu per satu, menciptakan warisan berdarah bagi Kerajaan Singhasari dan keturunan Rajasa.

Yang berarti "Penguasa Tanah yang Menaklukkan Dunia". Dengan gelar ini, Ken Angrok secara resmi menjadi raja pertama dari Wangsa Rajasa dan memulai dinasti besar yang kelak menurunkan raja-raja Majapahit.

E. Makna dan Pelajaran dari Kisah Ken Angrok dan Ken Dedes

Kisah Ken Angrok dan Ken Dedes tidak sekadar menjadi cerita lama yang penuh konflik dan intrik. Di dalamnya terkandung pelajaran tentang ambisi, karma, dan konsekuensi dari perbuatan manusia. Sebuah gambaran kuat tentang bagaimana kekuasaan bisa menjadi pisau bermata dua: mendatangkan kejayaan sekaligus petaka.

Ken Angrok, meskipun berasal dari latar belakang rendah, memiliki keberanian dan kecerdikan luar biasa untuk meraih kekuasaan. Namun, cara yang ia tempuh, yaitu dengan pengkhianatan dan pembunuhan---mendatangkan kutukan yang tak terhindarkan. Ia memang berhasil menjadi raja, tetapi kehidupannya berakhir tragis di tangan anak tirinya sendiri. Kejayaannya dibangun di atas mayat Tunggul Ametung, dan ia sendiri menjadi korban dari warisan yang ia ciptakan.

Ken Dedes, di sisi lain, menjadi simbol dari perempuan yang memegang peran penting dalam sejarah. Kecantikannya bukan sekadar fisik, tetapi diyakini membawa takdir besar. Ia adalah ibu dari raja-raja besar yang melanjutkan dinasti Jawa, termasuk leluhur Majapahit. Namun, kehidupannya juga bukan tanpa luka. Ia adalah korban penculikan, pemaksaan, dan akhirnya berada di tengah pertarungan dua pewaris takhta yang sama-sama mengandung darah dan dendam.

Dari cerita ini, kita belajar bahwa jalan menuju kekuasaan tidak bisa dilepaskan dari nilai moral. Ketika kekuasaan diraih dengan cara licik, maka bayang-bayang kutukan akan selalu mengikuti. Meskipun zaman telah berubah, pesan moral dalam kisah ini tetap relevan. Di tengah dunia modern, ambisi tetap harus diimbangi dengan etika. Bila tidak, sejarah bisa kembali berulang dalam bentuk-bentuk baru yang sama tragisnya.

Ken Angrok dan Ken Dedes adalah figur sejarah yang keberadaannya diwarnai mitos dan realitas. Namun, jejaknya tetap membekas dalam perjalanan peradaban Jawa dan Indonesia. Kisah mereka bukan sekadar cerita cinta dan perebutan tahta, tetapi tentang bagaimana manusia menghadapi ambisi, kutukan, dan takdir yang tidak bisa dihindari.

Daftar Pustaka
Adams, S. (2024). Kisah-kisah Tersembunyi dari Sejarah Nusantara. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Pitono, R. (1965). Pararaton. Jakarta: Penerbit Bhratara.
Purwanto, H. (2023). Pararaton: Biografi Para Raja Singhasari--Majapahit. Jakarta: Javanica.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun