Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Hampir Maghrib

20 Juni 2022   13:48 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:55 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict By: Dokumen Pribadi

Menjadi sosok yang dikagumi banyak orang bukan hal yang aneh bagi seseorang bernama Dika. Pasalnya ia adalah mahasiswa tingkat akhir di kampus ternama di Indonesia, aktif di berbagai organisasi, hingga hampir di setiap kegiatan ia selalu ada di sana, baik sebagai peserta ataupun sebagai panitia penyelenggara. Sosok muda ini juga seorang cendekiawan, berbagai lomba karya tulis ilmiah pernah ia juarai, walau tidak sedikit yang gagal.

Beberapa organisasi yang diikuti di kelompokkan menjadi organisasi keilmuan, organisasi social, organisasi himpunan mahasiswa baik internal maupun eksternal. 

Sebagai sosok yang dikagumi banyak orang tak jarang beberapa mahasiswa meminta foto bersama, selfie, atau sekedar minta tanda tangannya. Oh sungguh ia adalah orang yang ramah, murah senyum. Hingga banyak dari mereka, juga yang baru kenal merasa nyaman jika berada di dekatnya.

Teman laki-lakinya pun banyak yang iri akan kepopulerannya, tetapi banyak juga yang merasa beruntung berkat kepopulerannya. Misalnya di suatu waktu Dika juara 3 lomba business plan di Surabaya, tentu pulang membawa oleh-oleh.  

Dan ia disambut oleh banyak fansnya untuk sekedar mengucapkan selamat, baik yang bertatap muka juga melalui media sosialnya. Bahkan ada juga yang memberikan hadiah kecil, cokelat, jam tangan, dan masih banyak lagi tentu ikut dinikmati teman-temannya.


Sejak semester 1, IPK nya selalu saja berada di titik aman di atas 3.0, merupakan sosok yang ideal bagi banyak orang. Jumlah followers di Instagram nya sudah mencapai hitungan K diikuti beberapa angka di depannya, wajar.

Pada awal masuk kuliah dulu, ia bersama beberapa sahabatnya membuat life plan, beberapa diantaranya:

  1. IPK 4, caumlaude
  2. Aktif di berbagai organisasi
  3. Menjadi aktivis kampus
  4. Menjadi orang yang dikenal banyak orang
  5. Jalan-jalan keliling nusantara geratis
  6. Mendapat beasiswa
  7. Menjuarai perlombaan nasional
  8. Mengikuti kegitan nasional dan internasional
  9. Menciptakan program khusus yang bermanfaat bagi banyak orang
  10. Lulus tepat waktu
  11. Studi lanjut di luar negeri
  12. Mendaki gunung dan ngecamp bareng teman-teman
  13. Menjadi duta kampus
  14. Dan 76 plan yang lainnya.

Hari terus berlalu, waktu demi waktu menemui titik ketentuannya. Perjalanan akademik yang begitu menguji adrenalin juga menghampiri. KKN, magang, ujian proposal, seminar hasil, sudah di lalui dengan mulus dan lancar. Seperti biasa banyak yang mengucapkan selamat, Postingan di Instagram dan media sosialnya banyak mendapatkan Like dan coment.

"selamat ya Dika"

"barrakalahu fi ilmi Dika"

"uwuu,.... Pria idaman banget"

"semoga ilmunya berkah dan belanjut di sidang skripsi. Yok lulus bareng"

"konco cilik, gak kerasa udah sidang proposal aja"

"aduh, jangan cepet lulus. Ntar aku gak bisa numpang makan lagi"

"selamat ya kk Dika, do'aku menyertaimu... dari Fans beratmu"

Dan masih banyak lagi ucapan yang Dika terima. Hingga tak sempat membalasnya satu persatu. Kado tanpa identitas sering mendarat di depan pintu kos-kosanya. Yah tentu berasal dari fans nya.

"cie dapat kado lagi..dari siapa tuh?"

"ntah ya, gak ada Namanya... hantu kali"

"ah.. lo ada-ada aja, masak iya hantu kasih kado... gih buka apaan isinya?"

"okay, mari kita un boxing, ambilkan aku cutter"

"siap bosqu"

"sreettttt..." kotak kado di iris

Berisi, buku tulis, pena, makanan ringan dan juga beberapa buku bacaan dan sebuah surat kecil bertuliskan;

"Dika, kamu adalah lelaki hebat. Pencapaianmu di tahun ini sungguh membuat kami senang. Selamat ya sudah siding proposal" #HW

"haa.! Astaghfirullah hal adzim...!, ya Allah maafkan aku" sambil berteriak, hingga membuat rama terkejut.

"kenapa Dik? Itu dari siapa emang?"

"ini... ini dari orang tuaku"

"hiyohhhh,.. kapoklahh.... Dosa kamu Dik... udah ngatain ini kado dari setann.... Dasar anak Durhaka!" Rama menyerang.

"ya Allahhh...astahgfirullah.." dengan nada memelas

"makanya Dik.... Lain kali janagan asal nyeplos. Asal bicara, gih buruan di telpon dan minta maaf sama orang tuamu!"

"baik Rama, oke deh kalo gitu.... Nih jajan" tanpa pake nanti langsung disambar itu keripik tempe.

Denting berdetak, berlalu menginggalkan sesiapa yang lalai dan lengah terhadapnya. Itu tak dapat diputar atau di ulang kembali barang sedetik pun. Yang datang pergi, yang hilang berganti, yang patah tumbuh seperti ungkapan penulis ternama. Begitulah alam meninggalkan cerita. Maka ceritakanlah ceritamu bersama alam.

"gubrakkk.!" Meja yang dipukul oleh lelaki paruh baya.

"Dika! Kamu itu serius gk sih ngerjakan skripsi? Kemarin sudah di kasih tau cara-caranya, programu ini buruk sekali!" dengan nada marah.

"ma.. ma.. af pak, baik saya akan perbaiki lagi" dengan nada gemetar. Dika yang sekarang  sudah berbeda.

"oke. Kamu perbaiki bapak tunggu minggu depan" dengan nada ketus.

"bbaikk pak"

Dika meninggalkan ruangan yang berukuran 6X7 m2 itu. Prof. Dr. Sudiro adalah dosen yang terkenal killer ketika membimbing Mahasiswanya. Pasca kejadian itu, seminggu berlalu, dengan tugas pekerjaan yang sudah mengantri, skripsi Dika terabai. Padahal satu langkah lagi gelar sarjana tercapai. Jiwa aktivis dan gelar mahasiswa idola perlahan mulai luntur. Beriring teman-teman nya yang sudah di wisuda duluan.

Tahun pertama Dika tanpa Rama, karena Rama sudah lebih dulu wisuda dan diterima di perusahan milik BUMN. Rama jurusan Tekhnik sedangkan Dika mengambil jurusan Komputer, merakapun berbeda kampus, Rama di kampus Bina Darma dan Dika di Universitas Sriwijaya.

Hari-hari Dika tentang skripsi tetap stagnan tanpa kemajuan. Lagi, pekerjaan kantor yang juga harus segera di selesaikan menjadi hambatan. Telinga Dika sudah kebal dengan pertanyaan "kok belum wisuda?, kapan wisuda?, bukannya Dika mahasiwa terbaik?" semua pertanyaan itu Dika anggap angin lalu, kadang di jawab dengan enteng, "santai saja, masih banyak yang saya cari sebagai mahasiswa" hal ini berulang hingga memasuki tahun berikutnya.

Tahun kedua, Dika masih belum juga punya rasa kudu selesai tahun ini, ucapan yang ia lontarkan kepada orang tua, rekan kerjan seluruh temannya tentang akan sarjana tahun ini, tidak dilakukan dengan kesungguhan hati. 

Tak jarang orang tuanya menelpon, karena malu dengan omongan tetangga mengani anaknya yang belum Wisuda. Karena memang selain Dika masih banyak teman-teman satu angkatan di satu jurusan yang bernasib sama "belum Wisuda".

Terpaan kian hadir mendera mencambuk jiwa. Dosen pembimbing yang harus ganti. Izin penelitian yang sudah kadaluarsa dan harus di perbaharui, dan ditambah adik kandungnya pada tahun ini sudah di wisuda. Keinginan menikah yang kian menggebu. Rasanya yang di alami Dika begitu kompleks. 

Namun masih tetap saja, belum bergerak dengan sungguh dan focus akan menyelesaiakan penghambat hidupnya, Skripsi. Dulu itu adalah cita-cita, kini menjadi hambatan, halangan tan rintangan bagi Dika. Beberapa organisasi pun sudah mulai ia tinggalkan, karena memang sudah memasuki usia 13 semester. Malu kepada adik tingkat jelas ada.

Sekarang adalah tahun terakhir Dika di kampus, 14 semester tepatnya. Jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan baik, peluang DO sudah didepan mata. Kesibukan dalam pekerjaan dan tuntutan kebutuhan pribadi juga harus di penuhi, akhirnya skripsi pun masih dalam iktiar diri dan berharap kepada Ilahi hingga hari ini.

"Aku adalah senja yang hampir menemui waktu maghrib, dulu kehadiranku di nanti. Kini malam akan tiba, sekarang adalah giliranku bagaimana caranya menjadi bintang ketika malam menghampiri". Mss

 

Apanih pesan yang didapat oleh para pembaca yang budiman?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun