Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Hampir Maghrib

20 Juni 2022   13:48 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:55 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict By: Dokumen Pribadi

"gubrakkk.!" Meja yang dipukul oleh lelaki paruh baya.

"Dika! Kamu itu serius gk sih ngerjakan skripsi? Kemarin sudah di kasih tau cara-caranya, programu ini buruk sekali!" dengan nada marah.

"ma.. ma.. af pak, baik saya akan perbaiki lagi" dengan nada gemetar. Dika yang sekarang  sudah berbeda.

"oke. Kamu perbaiki bapak tunggu minggu depan" dengan nada ketus.

"bbaikk pak"

Dika meninggalkan ruangan yang berukuran 6X7 m2 itu. Prof. Dr. Sudiro adalah dosen yang terkenal killer ketika membimbing Mahasiswanya. Pasca kejadian itu, seminggu berlalu, dengan tugas pekerjaan yang sudah mengantri, skripsi Dika terabai. Padahal satu langkah lagi gelar sarjana tercapai. Jiwa aktivis dan gelar mahasiswa idola perlahan mulai luntur. Beriring teman-teman nya yang sudah di wisuda duluan.

Tahun pertama Dika tanpa Rama, karena Rama sudah lebih dulu wisuda dan diterima di perusahan milik BUMN. Rama jurusan Tekhnik sedangkan Dika mengambil jurusan Komputer, merakapun berbeda kampus, Rama di kampus Bina Darma dan Dika di Universitas Sriwijaya.

Hari-hari Dika tentang skripsi tetap stagnan tanpa kemajuan. Lagi, pekerjaan kantor yang juga harus segera di selesaikan menjadi hambatan. Telinga Dika sudah kebal dengan pertanyaan "kok belum wisuda?, kapan wisuda?, bukannya Dika mahasiwa terbaik?" semua pertanyaan itu Dika anggap angin lalu, kadang di jawab dengan enteng, "santai saja, masih banyak yang saya cari sebagai mahasiswa" hal ini berulang hingga memasuki tahun berikutnya.

Tahun kedua, Dika masih belum juga punya rasa kudu selesai tahun ini, ucapan yang ia lontarkan kepada orang tua, rekan kerjan seluruh temannya tentang akan sarjana tahun ini, tidak dilakukan dengan kesungguhan hati. 

Tak jarang orang tuanya menelpon, karena malu dengan omongan tetangga mengani anaknya yang belum Wisuda. Karena memang selain Dika masih banyak teman-teman satu angkatan di satu jurusan yang bernasib sama "belum Wisuda".

Terpaan kian hadir mendera mencambuk jiwa. Dosen pembimbing yang harus ganti. Izin penelitian yang sudah kadaluarsa dan harus di perbaharui, dan ditambah adik kandungnya pada tahun ini sudah di wisuda. Keinginan menikah yang kian menggebu. Rasanya yang di alami Dika begitu kompleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun