Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia | Magister Manajemen

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Keunikan Kapurung dan Lapar yang Tak Terbendung

9 Desember 2024   14:38 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:46 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://makassar.kompas.com/read/2022/12/17/211546478/mengenal-kapurung-makanan-khas-sulawesi-selatan-cara-makan-manfaat-dan?page=all

Apabila Anda mengira makanan khas Palopo hanya sebatas makanan yang bisa Anda temui di warung makan pinggir jalan atau restoran dengan harga yang lumayan menguras dompet, maka bersiaplah untuk dikenalkan dengan sesuatu yang jauh lebih tradisional. Dan bisa jadi agak membingungkan, namanya kapurung.

Kapurung mungkin terdengar asing di telinga banyak orang, kecuali Anda kebetulan pernah berkunjung ke Palopo atau memiliki teman dari Sulawesi Selatan yang dengan bangga mengklaim makanan ini sebagai hidangan sejati dari tanah kelahirannya.

Kapurung, kendati terdengar seperti nama sebuah tempat wisata eksklusif atau semacam festival musik alternatif, sebenarnya adalah makanan khas yang menggugah selera. Tetapi bagi beberapa orang yang belum terbiasa, cukup menantang untuk mencobanya.

Di sini, kita akan menjelajahi perjalanan kuliner ke Palopo. Tempat dimana Anda akan menemukan kenikmatan dalam kesederhanaan, dan mungkin juga sedikit kebingungan saat pertama kali mencicipinya.

Apa itu Kapurung?

Sebelum kita lebih jauh membahasnya, penulis akan menjelaskan bahwa kapurung adalah sebuah hidangan yang cukup sederhana, namun punya kedalaman rasa dan filosofi yang tak bisa dianggap remeh.

Hidangan ini merupakan semacam sup atau kuah yang terbuat dari campuran sayur-sayuran, daging, ikan, dan yang paling unik adalah bahannya dari sagu. Tentu saja, dari tepung sagu yang biasa digunakan untuk membuat pempek atau sebagai bahan baku sagu lempung. Tapi jangan khawatir, Anda tidak akan diminta untuk membuat adonan pempek atau menjadi koki sagu profesional.

Proses pembuatan kapurung dimulai dengan memasak sagu yang telah dilarutkan menjadi cairan kental, kemudian dicampurkan dengan sayuran, ikan, dan sedikit bumbu rempah yang akan membuat hidangan ini terasa segar dan menggugah selera.

Kombinasi antara gurihnya ikan atau daging ditambah dengan keasaman dari sambal dan keunikan sagu yang kenyal, menciptakan rasa yang tak biasa.

Untuk orang yang pertama kali mencicipinya, kapurung mungkin akan terasa seperti permainan rasa yang memaksa lidah untuk beradaptasi, namun bagi orang Palopo (dan banyak orang Sulawesi Selatan) ini adalah makanan yang tak bisa tergantikan.

Kendati demikian, seperti kebanyakan hal dalam hidup, tidak ada yang sempurna. Kapurung juga memiliki kekurangan, terutama jika Anda terbiasa dengan makanan "sejuta umat" seperti nasi goreng atau ayam penyet. Kapurung ini sangat terbuka dalam segala hal.

Sebagai contoh, kuahnya bisa sangat cair (atau sangat kental tergantung seberapa banyak sagu yang digunakan) sehingga kadang-kadang terasa seperti menyantap sup yang agak kelam, namun seiring waktu Anda akan mulai memahami bahwa itu semua bagian dari pesonanya.

Mengapa Kapurung itu Spesial?

Kapurung bukan hanya makanan. Ia adalah simbol dari kehidupan masyarakat Palopo yang sederhana namun penuh makna. Menyantap sepiring kapurung tidak hanya soal memuaskan rasa lapar, tetapi juga soal menikmati pengalaman budaya yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata biasa.

Jika makanan adalah representasi dari budaya, maka kapurung adalah pengingat bahwa hidup itu tak selalu mulus dan indah, tetapi sering kali penuh dengan ketidakpastian. Persis seperti sensasi pertama kali Anda mencoba makanan ini.

Kapurung tidak dirancang untuk menarik perhatian dengan penampilannya. Tidak ada saus berwarna-warni yang melimpah atau potongan daging besar yang menggoda selera.

Yang ada adalah campuran sayuran hijau yang terendam dalam kuah bening dengan sedikit ikan atau daging di dalamnya yang membuatnya terlihat seperti sup biasa yang Anda temui di rumah makan sederhana.

Namun demikian, ini adalah makanan yang punya kekuatan tersendiri untuk menarik siapa pun yang punya keberanian untuk mencobanya.

Saat pertama kali mencoba kapurung, Anda mungkin akan terkejut dengan tekstur sagu yang lengket dan hampir gelap seperti menyantap makanan yang penuh dengan rasa nostalgia yang belum pernah Anda rasakan. Terlebih lagi, sering kali Anda akan ditanya oleh penjual, "Mau yang kuah kental atau cair?"

Bagi orang luar, ini mungkin tampak seperti pilihan yang sangat sepele. Tapi percayalah, itu adalah keputusan penting yang bisa memengaruhi seluruh pengalaman kuliner Anda.

Kuah kental akan memberikan sensasi yang lebih padat dan berat, sementara kuah cair memberi kelembutan dan kesegaran. Pilih dengan bijak, karena keduanya memiliki keindahan dan tantangannya masing-masing.

Makanan Sejati, bukan Makanan Instagram

Sekarang, apabila Anda berpikir bahwa menikmati kapurung adalah sebuah pengalaman yang dibalut dengan kemewahan dan pemandangan kota yang menakjubkan, Anda pasti akan kecewa.

Makanan ini lebih cocok disantap di warung kecil pinggir jalan atau bahkan di rumah makan sederhana yang tidak mengedepankan dekorasi Instagrammable.

Kenyataannya, jika Anda datang ke Palopo dengan harapan menemukan restoran mewah dengan interior modern, mungkin Anda lebih baik melupakan impian itu.

Di sini, yang ada adalah meja kayu sederhana, kursi plastik, dan bau sedap yang keluar dari panci besar berisi kapurung.

Bukan hanya itu, karena makanan ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, Anda juga akan melihat banyak orang yang dengan santai menikmati sepiring kapurung sambil berbincang dengan teman-teman mereka atau bahkan hanya duduk sambil menikmati ketenangan kota.

Tidak ada tekanan untuk berpakaian rapi atau mencari tempat duduk yang paling Instagrammable. Tidak ada pemandangan laut yang memesona atau gunung yang menjulang tinggi, hanya kehidupan yang sederhana dan makanan yang lezat.

Palopo tidak berusaha tampil keren atau menjadi destinasi kuliner yang diincar para foodies dari luar kota. Di sini, makanan itu datang tanpa embel-embel. Sederhana namun dalam dan kaya akan filosofi.

Oleh karena itu, apabila Anda menginginkan pengalaman yang lebih terasa nyata dengan segala kekurangannya, menikmati sepiring kapurung adalah pilihan yang tepat.

Anda akan menyadari bahwa tidak semua kenikmatan harus dibungkus dengan kemewahan. Beberapa hal terbaik dalam hidup datang dalam bentuk yang sangat sederhana.

Perjalanan Rasa, dari Ragu menjadi Cinta

Tentunya seperti banyak makanan unik lainnya, kapurung bukanlah hidangan yang bisa langsung membuatmu jatuh cinta di suapan pertama.

Mungkin Anda akan merasa ragu dengan tekstur kenyal dari sagu atau mungkin rasa kuahnya yang agak asam akan membuatmu bingung.

Namun, seperti halnya perjalanan menuju kedewasaan, Anda akan belajar untuk mencintai rasa tersebut, pahit manis, asam gurih, dan segala sensasi yang tercipta dalam setiap sendoknya.

Bagi banyak orang yang sudah lama tinggal di Palopo atau yang tumbuh dengan makanan ini, kapurung bukan hanya soal rasa, tapi soal kenangan.

Makanan ini mengingatkan mereka pada masa kecil, pada kebersamaan dengan keluarga, dan pada perayaan-perayaan sederhana yang sering kali jauh lebih berarti daripada pesta megah.

Bagi mereka, utamanya yang tinggal di Palopo, kapurung bukan hanya makanan, melainkan bentuk yang melambangkan dari rasa syukur atas kehidupan yang sederhana namun penuh arti dan bermakna.

Apabila Anda kebetulan mengujungi Palopo dan bertekad untuk mencicipi kapurung, bersiaplah untuk sesuatu yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang.

Tapi satu hal yang pasti bahwa Anda akan menemukan sesuatu terhadap diri sendiri yang lebih menghargai kesederhanaan dalam hidup. Bahkan jika itu hanya semangkuk kuah bening yang penuh dengan sayuran dan sagu.

Kapurung lebih dari sekedar Makanan

Mengakhiri petualangan kuliner di Palopo ini, penulis ingin mengatakan satu hal, apabila Anda pernah merasa ragu dengan keputusan untuk mencoba kapurung, percayalah bahwa keputusan itu pada akhirnya akan membuatmu tersenyum atau setidaknya memberikanmu cerita unik untuk diceritakan kepada circle pertemananmu.

Ini adalah pengalaman yang tidak akan Anda temui di restoran-restoran mewah atau warung kopi kekinian. Di sini, Anda tidak hanya menikmati makanan, tetapi juga merasakan kehangatan sebuah tradisi yang telah ada jauh sebelum media sosial mulai mendikte selera kita.

Untuk itu, jika suatu hari nanti Anda berada di Palopo, jangan lupa mencoba sepiring kapurung. Bukan hanya untuk lidahmu, tetapi untuk hatimu yang mungkin akan mengingat makanan ini jauh lebih lama daripada hidangan lainnya yang pernah Anda nikmati.

Apakah Anda sudah pernah mencoba? Jika belum, silahkan dicoba dulu dan rasakan sensasinya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun