Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ganda Putra Krisis? Fajar/Rian Jadi Harapan di Thailand Open 2025

16 Mei 2025   17:42 Diperbarui: 16 Mei 2025   17:42 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah laga penuh determinasi di Nimibutr Stadium, Bangkok, pasangan Fajar Alfian/Rian Ardianto menunjukkan mengapa mereka masih layak menjadi tumpuan ganda putra Indonesia. Dalam laga perempat final Thailand Open 2025 pada Jumat (16/5), mereka menaklukkan pasangan Taiwan, Liu Kuang Heng/Yang Po Han, dengan skor meyakinkan 21-18, 21-17 hanya dalam waktu 46 menit.

Namun lebih dari sekadar skor, kemenangan ini merefleksikan kedalaman strategi dan mentalitas modern yang kini mulai mengakar dalam manajemen permainan pasangan ini. Kemenangan ini menjadi simbol bahwa ganda putra Indonesia masih punya napas panjang di level elite dunia, tentu dengan catatan bahwa pendekatan pengelolaan atlet harus terus diperbarui.

Pada gim pertama, Fajar/Rian tampil sangat agresif dan langsung memimpin jauh 14-6. Kombinasi pukulan drive cepat, variasi netting yang tajam, serta tekanan dari sisi depan membuat pasangan Taiwan kesulitan mengembangkan pola permainan. Ini menunjukkan keunggulan dalam eksekusi micro-tactic yang matang.

Namun Liu/Yang bukan lawan sembarangan. Mereka mampu memperkecil ketertinggalan hingga 20-18, memperlihatkan bagaimana sedikit kelengahan bisa mengubah momentum dalam sekejap. Untungnya, Fajar/Rian tetap tenang dan menutup gim pertama dengan apik.

Menariknya, pada gim kedua, Fajar/Rian justru tertinggal 11-16. Namun, lewat pergeseran pola dari bermain menyerang konstan ke permainan transisi bertahan-menyerang yang lebih dinamis, mereka berhasil meraih tujuh poin beruntun dan membalikkan keadaan menjadi 18-16 sebelum mengunci kemenangan 21-17.

Transformasi ini menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya situational awareness, yaitu kemampuan membaca dinamika lawan dan meresponsnya secara adaptif. Di sinilah letak pentingnya manajemen performa berbasis data dan video analisis yang kini semakin diperlukan dalam badminton modern.

Realitas kemenangan Fajar/Rian menunjukkan pentingnya integrasi antara fisiologi olahraga, psikologi kompetitif, dan analisis taktik sebagai satu kesatuan dalam pelatihan. Fajar/Rian kini menunjukkan hasil dari pendekatan holistik ini, termasuk peningkatan ketahanan mental dan pengelolaan energi sepanjang pertandingan. Kemenangan Fajar/Rian pun menjadi satu-satunya harapan Indonesia di sektor ganda putra, setelah Sabar/Reza harus kandas di tangan pasangan tuan rumah Kittinupong/Dechapol. Kekalahan Sabar/Reza menegaskan kembali bahwa kekuatan teknis saja tidak cukup tanpa manajemen strategi dan momentum dalam pertandingan.

Thailand Open 2025 menjadi semacam laboratorium evaluatif bagi pelatih dan federasi kita. Performa para atlet tidak bisa hanya diukur dari hasil akhir, tetapi dari kualitas pengambilan keputusan, manajemen tekanan, serta kesesuaian strategi dengan karakteristik lawan. Fajar/Rian bukan hanya menang, tetapi juga menunjukkan pemahaman permainan yang lebih matang, yaitu kemampuan membaca rotasi lawan, antisipasi posisi, serta efektivitas pola serangan kombinatif. Ini adalah indikator bahwa kita mulai berhasil menggeser dari pendekatan konvensional ke manajemen permainan yang lebih saintifik.

Momentum ini semestinya menjadi titik tolak pembenahan ekosistem pelatihan ganda putra Indonesia. Dari pola recovery, pemanfaatan wearable device untuk pemantauan beban latihan, hingga pembentukan tim taktik dan psikolog olahraga yang terintegrasi dalam manajemen pelatnas.

Ke depan, kita tidak hanya membutuhkan atlet berbakat, tetapi juga sistem yang mencetak pemain cerdas. Sistem ini melibatkan peran akademisi, teknologi, nutrisionis, hingga pengembangan data-driven training module untuk setiap pasangan. Fajar/Rian telah membuktikan bahwa kombinasi antara pengalaman, adaptasi taktik, dan manajemen permainan yang matang adalah kunci menghadapi tekanan di level super series. Tantangan berikutnya adalah memastikan bahwa keberhasilan ini tidak menjadi insidental, tetapi sistemik.

Semoga kemenangan di perempat final ini menjadi pijakan menuju gelar juara dan lebih jauh lagi, menjadi sinyal bahwa Indonesia serius menjalankan revolusi badminton modern. Bukan hanya di lapangan, tapi di balik layar, melalui sains, strategi, dan sistem yang visioner.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun