Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Kreatif: Harapan Baru di Tengah Kelesuan Industri Konvensional

8 Juli 2025   09:36 Diperbarui: 8 Juli 2025   09:33 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi usaha ekonomi kreatif (sumber gambar: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Indonesia memiliki kekayaan budaya dan keragaman lokal yang sangat kuat. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki tradisi, bahasa, kerajinan tangan, musik, tarian, hingga makanan khas yang menjadi sumber inspirasi tanpa batas bagi pelaku ekonomi kreatif. 

Warisan budaya ini bukan hanya menjadi identitas bangsa, tetapi juga modal besar dalam menciptakan produk-produk kreatif yang unik dan bernilai tinggi di pasar lokal maupun global.

Keanekaragaman ini memungkinkan pengembangan berbagai subsektor ekonomi kreatif yang berbasis kearifan lokal, seperti batik, tenun, wayang, ukiran kayu, hingga seni kuliner tradisional. 

Tak hanya itu, urban culture yang tumbuh di kota-kota besar juga memperkaya lanskap kreatif Indonesia tercermin dari maraknya komunitas seni, festival musik, desain independen, hingga startup digital berbasis kreativitas anak muda.

Seiring dengan meningkatnya penetrasi internet dan penggunaan media sosial, peluang untuk memasarkan produk kreatif pun semakin terbuka luas. 

Pelaku usaha kini bisa menjangkau pasar nasional bahkan internasional hanya dari rumah, cukup dengan koneksi internet dan perangkat digital. 

Tantangan yang Masih Ada

Meski potensinya besar, ekonomi kreatif juga menghadapi tantangan serius. Kurangnya akses permodalan menjadi salah satu hambatan utama yang dialami oleh para pelaku usaha kreatif, terutama mereka yang berasal dari kalangan muda atau daerah terpencil. 

Banyak ide brilian dan karya orisinal yang tidak bisa berkembang karena keterbatasan dana untuk produksi, pemasaran, maupun pengembangan usaha.

Selain itu, minimnya literasi bisnis dan manajemen keuangan juga menjadi masalah umum. Tidak sedikit pelaku kreatif yang unggul dalam menghasilkan karya, namun belum memahami bagaimana mengelola usaha secara profesional. 

Akibatnya, usaha yang mereka jalankan sulit bertahan atau berkembang dalam jangka panjang. Tantangan lain yang tak kalah penting adalah perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun