Banyak orang yang sebelumnya disibukkan dengan persiapan Lebaran mulai dari belanja kebutuhan, mudik, hingga merencanakan acara keluarga mendadak harus kembali ke kehidupan normal yang mungkin terasa monoton.Â
Perubahan drastis ini dapat memicu perasaan hampa, seolah-olah ada sesuatu yang hilang setelah periode penuh kebersamaan dan kebahagiaan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada individu yang merayakan Lebaran dengan keluarga besar, tetapi juga pada mereka yang merayakannya sendiri.Â
Penyebab "Lebaran Blues"
Ada beberapa faktor yang dapat memicu perasaan kosong setelah Lebaran. Salah satunya adalah perubahan ritme kehidupan yang drastis.Â
Selama bulan Ramadan, orang-orang memiliki rutinitas yang lebih terstruktur, seperti sahur, berbuka, tarawih, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.Â
Setelah Lebaran, semua itu mendadak berakhir, menciptakan perasaan kehilangan dan kebingungan dalam menjalani hari-hari berikutnya.
Selain itu, kebersamaan dengan keluarga yang hanya berlangsung sementara juga menjadi pemicu utama. Bagi mereka yang mudik, Lebaran menjadi momen langka untuk berkumpul dengan orang-orang tercinta.Â
Namun, ketika harus kembali ke kota perantauan dan kembali menjalani kesibukan masing-masing, rasa rindu dan kesepian pun muncul.
Faktor finansial juga berperan dalam munculnya "Lebaran Blues." Pengeluaran yang besar selama Ramadan dan Lebaran, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian baru, hingga biaya perjalanan, bisa meninggalkan tekanan ekonomi.Â
Setelah perayaan usai, banyak orang mulai menyadari kondisi keuangan mereka yang mungkin tidak stabil, sehingga menambah beban pikiran.